"Maulana Hasanudin Banten", Kisah Pewaris Terkuat Pajajaran


SETELAH beberapa pekan ini, Indosiar mengisi primetime nya dengan Sinema Indonesia yang bertema pertaubatan ataupun perselingkuhan dan perebutan harta, mulai Senin (27/1) kemarin, Indosiar kembali menampilkan sinetron kolosal.

Sempat sukses (meski tak lama) dengan sinetron kolosal bertajuk Si Buta dari Lembah Hantu, nampaknya Indosiar kembali mempercayakan ASP untuk memproduksi sinetron kolosal terbarunya (selama ini lebih dominan pada produksi Gentabuana Paramitha). Sinetron ASP bertajuk Maulana Hasanudin Banten ini menampilkan dua sosok aktor yang cukup populer yaitu Affandy Lee dan Indra L Bruggman.

Dua darah menjadi satu, kodrati ilahi tak bisa dipungkuri ,berawal dari setitik rasa, itulah yang terjadi pada duainsani, Syarif Hidayatullah (putra dari Rara Santang, cucu dari Prabu Siliwangi) dengan Ratu Mas Kaung Anten, putri dari seorang penguasa Banten (Shanghyang Sira).

Saat pertemuanya pertama kali di hutan larangan (gunung karang) yang dipenuhi para siluman dimana pada saat itu Syarif Hidayatullah sedang melaksanakan shalat hajat, tanpa disengaja Kaung Anten yang sedang melintas dengan abdi dalem-nya melihat dari arah belakang dan saat itu pula Syarif Hidyatullah mengakhiri shalatnya.Mata ketemu mata,terbesit dalam hati lalu menjadi rasa yang tertanam didalam jiwa, itulah sir setitik rasa yang datang dari yang maha kuasa.

Pertemuan ini berbuntut panjang, namun Ratu Mas Kaung Anten menyimpan pertemuan tersebut. Di sisi lain, melihat putrinya yang sudah berkembang dewasa Prabu Sanghyang Sira berniat mencarikan jodoh untuknya dengan cara mengadakan sayembara. Walau awalnya menolak namun apa daya titah sang ayah tak bisa dibantah Ratu Mas Kaung Anten.

Prabu Pucuk Umun, kakak dari Ratu Mas Kaung Anten pun segera mengumumkan sayembara tersebut, tak sedikit jawara yang berdatangan bahkan ada yang dari luar Jawa. Namun kedatangan mereka itu sia sia, karena hanya mengantarkan nyawa saja. Ratu Mas Kaung Anten tak sedikit pun memberi ampun pada jawara yang sudah berhadapan dengannya. Memang bagaimana mungkin seorang Ratu Mas Kaung Anten dapat dikalahkan karena dibantu oleh lebih dari seribu jin yang tunduk dibawah perintahnya.

Di kemudian hari Kaung Anten dilanda sakit yang berkepanjangan, tak seorang pun dapat menyembuhkan penyakitnya, keresahan pun menimpa Sanghyang Sira gerangan apa yang terjadi pada putrinya. Di tengah kegelisahannya, Subang Karanjang seorang nenek sakti yang berumur panjang yang juga pengasuh Kaung Anten mencoba untuk mengobatinya.

Ternyata Subang Karanjang berhasil menemukan penyebab sakitnya Kaung Anten. Lantaran sang putri berbisik kepadanya dengan perkataan "tampan dan bercahaya." Subang Karanjang langsung menangkap maksudnya sehingga memberitahukan Sanghyang Sira bahwa putrinya sedang dilanda lara. Segera Sanghyang Sira memerintahkan Subang Karanjang agar mencari dan membawa yang dimaksudkan Kaung Anten itu. Begitu Syarif Hidayatullah dibawa menghadap Kaung Anten, ajaib sang putri pun sembuh.
Syarif Hidayatullah bersedia menikahi Kaung Anten atas permintaan Sanghyang Sira asalkan sang putri bersedia diislamkannya. Akhirnya mereka pun menikah dan akhirnya Ratu Mas Kaung Anten mengandung anak mereka. Tetapi Syarif Hidayatullah terkejut ketika istrinya malah mengidam aneh-aneh, yaitu ingin makan daging manusia. Untuk menyelamatkan agama dan anak istrinya, maka Syarif Hidayatullah pun bersiasat pulang ke Cirebon.

Upayanya berhasil karena kerinduan terhadap suaminya itu membuat Ratu Mas Kaung Anten mendekatkan diri kepada Khalik-nya. Namun cobaan itu masih belum usai. Ketika Syarif Hidayatullah masih berada di Cirebon, berkat wiridnya akhirnya ia mengetahui bahwa istrinya didatangi banyak jin yang berusaha menggodanya untuk makan janinnya sendiri. Rupanya para jin kafir khawatir bayi anak Syarif Hidayatullah dan Kaung Anten akan menjadi penguasa Banten dan penerus tahta kerajaan Pajajaran.

Maka Syarif Hidayatullah pun kembali ke Banten untuk memboyong Kaung Anten. Namun Prabu Pucuk Umun sebagai kakak Kaung Anten merasa terhina karena Syarif Hidayatullah meninggalkan adiknya sebelumnya. Tidak hanya itu, iapun menganggap Syarif Hidayatullah telah semena-mena karena menghujat adiknya namun juga agama nenek moyangnya.

Terjadilah pertempuran antara kerajaan Cirebon dan Banten yang menumpahkan darah. Prabu Siliwangi berusaha mencegah perang itu dengan mengirim anaknya, Kian Santang yang juga paman Syarif Hidayatullah untuk menengahi perselisihan cucu Prabu Siliwangi itu dengan Pucuk Umun yang juga punya kaitan darah dengan Prabu Siliwangi. Perang pun terhenti berkat upaya Prabu Siliwangi itu. Akhirnya putra Syarif Hidayatullah dan Kaung Anten lahir dengan nama Pangeran Sabakingking yang kelak dikenal dengan Sultan Maulana Hasanudin sang pendiri Kesultanan Banten.

Bagaimana kisah perjalanan hidup Pangeran Sabakingking hingga kelak menjadi pendiri Kesultanan Banten pada abad ke-16 yang tidak hanya umaro namun juga ulama itu?Saksikan selengkapnya dalam Maulana Hasanudin Banten, Mulai Senin 27 Januari 2014 setiap hari Pkl.19.00 WIB di Indosiar.
Share this post :

Đăng nhận xét

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. Free Download Movies - All Rights Reserved
Share by BIT Templates Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger