Hong Bin mengeram " bohong.... Bohong...." Teriaknya. Dia tidak percay semua yang dikatakan ayahnya kalau Tae Hee itu sudah meninggal. Dia tidak mendengar langsung dari orangnya jadi dia tidak akan mungkin percaya. "kenapa kau menyuruhnya cepat pulang? pasti kau berbohong!" teriak Hong Bin murka. Ayahnya hanya menatap wajah anaknya yang sedang marah-marah.
"dia pasti memberitahumu dimana Tae Hee berada, tapi kau mengatakan ia sudah meninggal karena kau mau aku mencarinya" teriak Hong Bin. Dia tetap menuduh ayahnya telah memalsukan segalanya. Ayahnaya tetap saja diam, melihat Hong Bin yang marah sampai mengertakan giginya. Hong Bin ingin sekali waktu cepat berputar, ia ingin langsung berumur 70, 80, 90 tahun karena saat itu ayahnya sudah tidak ada di dunia lagi.
Mata sang ayah mulai memerah, dia berdiri dari bangkunya, Hong Bing tetap saja marah sampai giginya bergetar. Sek. Ko datang ke hotel, dia ingin tahu dimana tempat Hong Bin berada. Receptionist memberitahu ada di kamar 2210. Di luar sudah mulai hujan sangat deras disertai petir yang menyambar. Sang ayah berdiri di depan jendela menatap jendela yang basah dengan air hujan.
"jika kau adalah manusia, bahkan jika hanya sesaat, 10,5 detik, Kau harus mengerti darimana asal mu" ucap sang ayah. Hong Bin masih saja terlihat sangat marah dan terus mengertakan giginya. Menurut sang ayah, tidak ada ayah didunia yang mau terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya. Ayahnya meminta Hong Bin memberitahu dirinya, anaknya itu seperti ini demi siapa.
Ayahnya tidak melakukan semuanya tapi hanya mendapatkan penghinaan dari anaknya. Suara pisau terdengar dari belakang. Ayahnya masih berbicara supaya Hong Bing bisa memikirkan hal itu. Dari bangku yang di duduki Hong Bin sudah terlihat goresan, ayahnya tetap berbicara meminta Hong Bing mengunakan IQnya untuk memberitahukan alasannya padanya.
Bayangan Hong Bin terlihat dikaca oleh sang ayah, suasana kamar sudah gelap gulita dan petir menyambar. Ayah memutar badannya, dia melihat ada pisau yang keluar dari badan anaknya. Dia terlihat hanya bisa diam melihat Hong Bing yang berdiri dibelakangnya. Keadaan lalu gelap gulita, Hong Bin berjalan melalui tangga darurat telihat bayangan dirinya dengan pisau yang ada di punggunya.
Sek. Ko baru sampai di kamar tempat Hong Bin bertemu ayahnya, dia mengetuk memanggil Hong Bin tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya dia mencoba untuk mendobrak, dengan kekuatan penuhnya dia bisa menjatuhkan pintu. Dia tidak melihat Hong Bin disana, hanya melihat kaki dari ayah Hong Bin yang tergeletak di lantai.
Hong Bin mencoba memanjat sebuah menara, lengannya mengeluarkan sedikit api saat memanjat. Di tengah guyuran hujan dia terus memanjat. Sek. Ko menemukan Hong Bin saat keluar dari pintu darurat. Dia melihat Hong Bin yang terus memajat menara tinggi dengan pisau yang keluar dari pundaknya. Sepertinya Hong Bin tidak menyadari kalau punggungnya berubah menjadi banyak pisau yang keluar.
Bunyi suara petir makin kencang, Chang ketakutan dan bersembunyi di pelukan Se Dong. Se Dong mengelus kepala Chang supaya ia tidak takut lagi sambil mengatakan ia akan tetap ada di dekat Chang. Chang meminta Se Dong untuk membacakan cerita untuknya. Se Dong setuju, dia membuka buku cerita dan membacakannya untuk Chang.
"gerobak kakek penuh dengan bunga-bunga indah, kakek itu seorang penyihir. Dia bisa mengubah sepatu jelek menjadi sepatu yang tumbuh bunga. Kakek dan aku suka bermain sepeda. Saat itu kamu suka naik turun menyusuri jalan yang sempit menuju ke laut. Sepeda kakek menimbulkan bunyi suara reyot dan disebelahnya ada sepedaku juga"
Tiba-tiba Chang bangun, mengambil buku cerita dari tangan Se Dong. "ada apa?" tanya Se Dong binggung, Chang mengelus buku cerita, dia melihat kakek yang digambar itu yang diceritakan Se Dong tadi. Se Dong membenarkan, dia memberitahu gambar gerobak kakek dan sepeda yang berbunyi "tuk... tuk... tuk". "kau
punya selembar kertas dan pensil?" tanya Chang.
Se Dong dan Chang sudah duduk di depan meja. Se Dong sudah siap dengan kertas dan pensil, dia meminta Chang untuk memberitahunya. "kakek.. ini aku Chang" ucap Chang. Se Dong mulai menuliskan yang diucapkan Chang. Tapi Chang protes karena tulisan Se Dong terlalu kecil, ia ingin tulisan Se Dong besar seperti tulisan ibunya. Chang tahu mata kakeknya sudah tua jadi harus menulis dengan tulisan yang besar.
"ohhh... aku tidak berpikir tentang hal itu, Tunggu yah, aku ambil kertas yang baru" ucap Se Dong. "kakek aku ini Chang. kakek ajak aku ikut bermain bersamamu" terlihat gambar Chang yang berjalan menaiki perahu bersama kakeknya. "jika kau tidak mengajakku, seekor monster...." Se Dong terdiam, dia kaget karena Chang bisa menyebut kata monster.
Bunyi petir menyambar, Chang ketakutan berlari, duduk dipangkuan Se Dong. Se Dong memeluknya dan mengelus rambut Chang, ia tahu Chang sangat ketakutan dengan bunyi yang mengelegar. Dia terus memeluk Se Dong sambil menepuk-nepuk pundaknya.
Esok paginya, ditempat ring tinju. Hong Bin sudah tertidur dilantai dengan sarung tinju sebagai bantalnya. Lalu ia terbangu dengan bau yang masuk ke dalam hidungnya. Wajahnya terlihat binggung melihat dia sudah ada tempat ring tinju. Lalu dia berjalan ke kaca membuka bajunya, dia melihat kearah pungungnya, tidak ada yang aneh dari punggunya. Sepertinya ia mengetahui punggungnya keluar pisau.
Sek. Ko yang tertidur pulas, langsung bangun ketika merasakan Hong Bin akan menendangnya."Siap.. prajurit Ko Ja Hyung" teriak Sek. Ko. Hong Bin mengeryitkan dahi, ia pikir Sek Ko itu sedang memimpi menjadi prajurit. Lalu dia menyuruh Sek. Ko untuk menghapus air liurnya yang keluar dari mulutnya. Saat itu Hong Bin melihat tangan Sek Ko yang terluka.
Dia menarik tangan Sek. Ko untuk melihatnya lebih jelas lagi, Sek Ko mencoba menarik tangannya supaya tidak dilihat. "Buka bajumu" perintah Hong Bin. Sek Ko membalikan badannya lalu melepaskan tali dan bajunya. Ada dua bekas luka panjang dipunggung dan tangan.Sek. Ko mengatakan ia tidak apa-apa, semua terjadi karena ia kurang hati-hati saja.
"kapan kau mendapatkan luka itu?" tanya Hong Bin. Sek Ko menjawabnya dengan gugup "kemarin... hari ini... baru saja". Hong Bin bertanya kembali "bagaimana kua bisa mendapatkan luka itu?". Sek Ko menjawab kalau ia tidak ingat. Wajah Sek Ko terlihat makin panik, takut semua kebohongannya terbongkar "apakah aku yang melakukannya?"tanya Hong Bin.
Sek Ko langsung membalikan badannya, dia berteriak kalau bukan Hong Bin yang melakukannya. Hong Bin menatap mata Sek Ko lebih dalam, dia seperti mencari kebenaran. Sek Ko masih terliha gugup dan nafasnya seperti terengah-engah, setelah itu dia menunduk. Hong Bin mengajak Sek Ko untuk pulang, saat membuka pintu, Hong Bin melihat baju Sek Ko yang ada noda darah segar.
Saat berjalan keluar, Hong Bin bertanya apakah ia pingsan lagi. Sek. Ko membenarkan. "apakah itu karena aku marah dengan ayah?" tanya Hong Bin. Sek Ko membenarkan juga. Hong Bin binggung dengan pakian yang ia kenakan sekarang. Sek. Ko menjelaskan pakaian Hong Bin dicuci karena terkena hujan. "apakah pakaian mu basah juga? kau kehujannan juga" tanya Hong Bin kembali.
Dengan gugup, Sek Ko menjawab kalau ia juga kehujanan. Hong Bin berhenti berjalan, ia yakin dirinya pingsan saat ada di kamar hotel, jadi menurutnya pakaiannya tidak akan basah. Sek Ko ingin menjawab tapi Hong Bin sudah membalikan badanya. Ia tahu Sek. Ko pasti menemukan dirinya di lantai kamar hotel, lalu membawanya ke dalam mobil. jadi tidak mungkin bajunya basah.
"kau menyembunyikan sesuatu" ucap Hong Bin dengan tangan telunjuknya mengarah pada Sek. Ko. Hong Bin merasa yakin Sek. Ko sudah berbuat sesuatu yang aneh terhadap dirinya. Dia ingin Sek. Ko mengatakan secepatnya. Sek. Ko menjelaskan bahwa mereka kehujanan ketika ia membawa Hong Bin ke ring tinju. Hong Bin mendekatkan wajahnya pada Sek Ko "kenapa jalan, kita kan punya mobil?" ucapnya curiga.
Sek Ko mengatakan dia tidak memikirkan tentang mobil, yang ia pikirkan ia bisa dengan cepat membawa Hong Bin. Hong Bin berpikir semua yang diucapkan itu benar, tapi dia pikir tidak mungkin Sek Ko membawanya karena jarak dari hotel itu lebih dari 20 menit. Sek Ko menjelaskan ia membawa Hong Bing dengan jalan pintas dan tidak mengetahui berapa lama ia sampai ditempat gym, tapi dia pikir sekitar 5 menit.
Hong Bin berjalan dibelakang Sek Ko dengan mengulang-ngulang ucapan waktu 5 menit, dengan tiba-tiba dia langsung loncat ke pundak Sek Ko. Dia menyuruh Sek Ko untuk berlari ke hotel sekarang juga. "jika kau tidak bisa sampai ke tempat itu dengan waktu 5 menit, maka semua yang kau katakan itu bohong" ucap Hong Bin. Sek Ko memberitahu bahwa ia sudah memanggil sopir untuk menjemputnya.
Hong Bin tidak mau, dia menyuruh Sek. Jo untuk berlari sekarang. Dia depan jalan Sopir Jo sudah datang, dia binggung melihat Sek. Jo yang mengendong Hong Bin dan berlari sangat cepat sekali. Sopir Jo berusaha mengikutinya dari belakang, dia heran apa sebenarnya yang dilakukan oleh mereka berdua. Saat lampu merah mobil tidak bisa mengikuti Hong Bin dan Sek Ko lagi.
Sek. Ko menyusuri jalan kecil dan terus berlari menuju hotel,satu belokan pun dia tidak salah sama sekali. Sampai akhirnya tepat di depan hotel dia terjatuh karena terbentur oleh pintu hotel dan nafasnya terengah-engah. Waktunya tepat seperti yang dikatakan Sek. Ko 5 menit 30 detik. Seorang pegawai keluar, dia memberitahu bahwa pintu sedang dalam perbaikan, jadi mereka sengaja menutup pintu masuk.
Hong Bin menelaah tentang perbaikan pintu, ingatannya kembali pada kejadian malam harinya wajah ayah lalu dirinya dengan samar-samar. Setelah itu ayahnya jatuh, Sek Ko yang masih terengah-engah menanyakan berapa waktu yang dia peroleh. Hong Bin mengingat saat tubuhnya mulai mengeluarkan pisau. Lalu dia berjalan pulang, dia mengatakan pada Sek Ko ia tidak tahu berapa menit karena ia tidak bawa jam/ponsel
Se Dong dan Chang sedang main siram-siraman sambil berlari-lari di halaman yang cukup luas dirumah Hong. Bing. Mereka berlari riang gembira dan tersenyum bahagia. Si Paman tukang kebun merasa mimpi melihat semua yang ada di depan matanya. Dia berdiri melihat Se Dong dan Chang sedang tertawa saling main siram-siraman, ia tak percaya masih ada tawa dan canda di rumah ini.
Menurutnya ini tidak seperti biasanya, menurutnya hanya hantu yang mengusaai rumah majikannya itu. Si paman berbicara yang paling ideal untuk sebuah rumah ada canda tawa, berbincang dan bau makanan, dengan begitu maka hantu tidak akan mendekat. Matanya kaget melihat Hong Jo yang sudah berdiri tak jauh darinya. Dia menyapa Hong Jo yang melonggo melihat Se Dong dan Chang tertawa.
Sepertinya Hong Jo tertarik dengan Se Dong yang manis saat sedang bermain bersama Chang. Senyuman dari bibirnya terlihat sangat tulus. "paman.. siapa gadis itu?" tanya Hong Jo. Paman tukang kebun tersenyum, dia tahu bahwa Hong Jo itu pasti merindukan suasana seperti yang ia lihat di depannya. Menurutnya ada sebuah interaksi itu baru disebut namanya rumah.
Hong Jo sedang duduk, Se Dong dan Chang sudah berganti pakaian melewati tempat Hong Jo duduk. Hong Jo langsung berdiri melihat Se Dong dan Chang yang berjalan di depannya. "tidak apa-apa... tidak usah berdiri... silahkan duduk saja" ucap Se Dong ramah. Hong Jo masih saja melonggo melihat Se Dong. Se Dong menuruni tangga dan mendudukkan Chang di meja makan.
Dia memberitahu Chang sudah ia bersihkan dan mandi, Dia pergi ke dapur membantu mencuci piring. Dia memberitahu dirinya sudah terlambat jadi harus cepat pergi, tapi tetap saja ia ingin mencuci piring dulu. Se Dong memberitahu pelayan Yoon mungkin nanti Chang akan lapar karena seharian sudah bermain. Pelayan Yoon menyuruh Se Dong jangan mencuci piring karena ia sedang buru-buru.
Se Dong merasa tak enak melihat ada cucian piring yang berantakan. Pelayan yang lain memuji Se Dong yang sangat baik. Lalu Se Dong menanyakan apakah bibi perlayan itu menyukainya. Bibi merasa senang karena sekarang lengannya bisa digerak-gerakan tanpa merasakan pegal. Sepertinya Se Dong membawakan obat untuk pegal pada sang bibi.
Lalu Se Dong berjanji kalau ia datang lagi, maka ia akan membawakan yang lebih banyak lagi. Bibi itu bertanya memang obat itu dari ramuan apa sampai ampuh seperti itu. Se Dong sendiri tidak tahu, ia mendapatkan dari seorang nenek, saat ia sedang lembur maka ia akan memakai obat itu dengan begitu maka bahunya akan merasa lebih enak.
Pelayan Yoon tiba-tiba kaget, Se Dong yang sedang berbicara ikut menengok. Dia semakin kaget melihat Hong Bin yang sudah ada didekatnya sambil memejamkan mata. Se Dong menjauh dari Hong Bin yang ia pikir akan menciumnya. Dia masih saja melonggo melihat Hong Bin yang semakin mendekat. Hong Bin merasakan ada bau buah-buaha dan seperti bunga bermekaran dari mulut Se Dong.
Se Dong semakin ketakutan, dia menaruh mangkuk lalu mencuci tangannya. Hong Bin masih saja berdiri mencondongkan wajahnya. Hong Bin mengetahui baunya semakin hilang, Se Dong buru-buru mengambil tasnya, ingin cepat-cepat pergi.
Hong Bin menghalangi sambil membentangkan tangannya. "kau mau kemana?" tanyanya. Se Dong berhasil keluar dari kolong tangan Hong Bin, dia berlari menunju pintu. Hong Bin sempat memanggilnya tapi Se Dong tidak mau berhenti, berlari dengan menutup pintu ruang makan. Dan Hong Bin tidak mau mengerjarnya.
Saat membalikan badannya, Hong Bing melihat Hong Jo yang sudah ad di depannya. Wajahnya terlihat tidak bersahabat melihat adiknya yang datang. Hong Jo memberitahu bahwa ia datang karena ayahnya ingin mengetahui keadaan kakaknya. Dia melihat keadaan kakaknya baik-baik saja jadi sekarang ia pamit untuk berangkat sekolah.
Se Dong berlari keluar dari rumah Hong Bin, Hong Jo mengejarnya dari belakang. Tembok yang tadinya di coret sudah tidak ada lagi, Se Dong terus berlari mengejar bus yang sudah menunggu di pinggir jalan. Dia buru-buru naik dengan nafas terengah-engah. Hong Jo tidak berhasil mengejar Se Dong karena saat sampai halte bus sudah jalan. Dia hanya bisa melonggo kembali melihat Se Dong.
Di dalam bus
Se Dong masih terengah-engah karena berlari sepanjang jalan menuju tempat pemberhentian bus. Tapi dia merasa lega karena sudah ada di dalam bus. Tapi pikiran kembali teringat saat Hong Bin menutup matanya dan mencondongkan wajahnya. Dia merasa geli dan ketakutan melihat tingkat Hong Bin yang dia pikir selalu bertindak aneh dan terlihat mesum.
Dua pria pegawai Hong Bin mengintip ruang kerja anggota tim Se Dong. Salah satu pegawai memberitahu bahwa mereka semua yang akan menyelesaikan Monstro. "mengapa mereka mengantikan pekerjaan kita?" tanya pegawai satunya. Keduanya menunduk cepat takut ketahuan kalau mereka sedang mengintip. Satu pegawai ingin tahu apa alasan Hong Bin dengan mengantikan mereka.
Pegawai kacamata mengintip lagi ke dalam, tim mereka tamat kalau semua orang yang ada dihadapan mereka itu berhasil menyelasaikan games Monstro. Dengan pandangan sinisnya, dia memiliki rencana untuk menyingkirkan mereka satu persatu. Keduanya berlari ke depan pintu ruangan, si pegawai tanpa kacamata ingin tahu bagaimana cara ia bisa menyingkirkannya.
"kita akan mengunyah mereka dan menghisap darahnya" umpat pria kacamata. Tanganya ada di depan dada, seperti kesal meremas sesuatu. Se Dong melihat aneh dua pria yang sedang bertingkah aneh dengan menaruh tangan di depan dada temanya. Dia buru-buru pergi dengan ketakutan. Si Pria kacamata berbisik kalau mereka akan mulai menyingkirkan dari waniat itu dulu.
Se Dong masuk ke dalam ruangann tempat ia berkerja, temanya senang dan tak percaya mereka bisa berkerja dalam sebuah ruangan bukan di kedai kopi lagi. Temannya meminta Se Dong untuk bisa mengirimkan foto kantor mereka sekarang. Hanya Seung Hwan yang duduk dengan wajah cemberut melihat Se Dong datang.
Temannya memberitahu mereka bisa minum kopi dengan gratis, temannya menekan satu tombol. Kopi langsung keluar dari mesin kopi. Se Dong berteriak "Woowww..." Lalu kalau ia lapar dengan satu tombol kue keluar dari mesin. Se Dong berteriak "Woowww...". Setelah itu temannya menawakan Se Dong untuk mendengarkan musik, dengan memencet satu tombol suara musik terdengar.
Se Dong kembali berteriak "Woowww...". Kemudian temannya juga menawarkan Se Dong untuk menonton film, Je Gil menekan tombol dan layar TV besar menampilkan gambar foto cewe sexy. Se Dong marah, dia tidak suk dengan itu. Dia memperingatkan teman-temannya untuk tidak menonton yang aneh-aneh. Seung Hwan yang masih cemberut mengajak Se Dong untuk berbicara diluar.
"kenapa kau harus menginap di rumah itu?" tanya Seung Hwan. Se Dong menjelaskan ia tidak punya pilihan lain, dia menceritakan semalam itu ada petir dan Chang tidak bisa tidur karena ketakutan. "apakah rumah itu lapangan terbuka? apakah Chang akan dimakan oleh predator?" amuk Seung Hwan.
Seung Hwan masih tak terima alasan Se Dong harus menginap di rumah Hong Bin. Se Dong menatap Seung Hwan yang marah "kau belum sarapan kan?" tanyanya dengan tersenyum. Menurutnya mereka harus makan sesuatu, dia menarik Seung Hwan untuk sarapan. Seung Hwan malah menarik tangan Se Dong dengan kasar, sampai Se Dong terkejut dengan sikap Seung Hwan.
"jika kau menginap dirumah itu lagi. kau akan mati" umpat Seung Hwan. Se Dong berusaha menjelaskan kalau Seung Hwan ada di posisinya, ia pasti akan melakukan hal yang sama. Dia memberitahu bahwa Chang sendirian tanpa ada ayahnya. Seung Hwan terkejut mengetahui Hong Bin tidak ada dirumah. Se Dong menceritakan Hong Bin semalaman tidak ada dirumah dan baru melihatnya pagi tadi.
Se Dong ingin menjelaskan tingkah Hong Bin yang aneh tapi Seung Hwan malah langsung memelukanya. "aku tahu kau bukan orang yang tega meninggalkan orang sendirian" ucap Seung Hwan bahagia. Dia mengangkat pacarnya lalu memutar-mutar Se Dong dengan bahagai. Se Dong tersipu malu ketika Seung Hwan memeluk lalu memutar-mutar tubuhnya.
Seung Hwan buru-buru menurunkan Se Dong. Dia kaget melihat Hong Bin yang tiba-tiba sudah ada di depannya. Se Dong juga terkejut melihat Hong Bin yang sudah datang. Hong Bin melihat dengan wajah sinisnya, lalu berjalan mendekat. Dia memejamkan matanya dan mulai mencondongkan wajahnya. Se Dong ketakutan melihat sikap Hong Bin yang aneh.
Ayah Hong Bin yang ada dirumah sakit memilih mencopot selang infusnya lalu turun dari tempat tidurnya. "anda belum pulih" ucap Sek Ko. Ayah Hong Bin tetap mengancing lengan baju. Sek Ko menanyakan keadaan ayah Hong Bin. "dia yang menyuruhmu datang untuk memeriksa apakah aku sudah mati?" tanya ayah Hong Bin sinis.
Sek. Ko menjawab bukan itu, dia datang karena ingin menanyakan sesuatu. Saat ia datang di malam itu, dia sudah melihat ayah Hong Bin tergeletak dilantai, setelah itu dia menelp pegawai hotel untuk menelp ambulance dan membawa ke rumah sakit. Ayah Hong Bin mendengar ucapan Sek. Ko sambil mengancing kemejanya tapi dia terlihat kesusahan , dengan baik hati Sek Ko membantunya.
"apakah anda bisa memberitahu apa sebenarnya yang terjadi ?" tanya Sek Ko dengan sopan. Ayah Hong Bin mengira itu hanya seperti guntur atau petir saja. Dia merasa ada sesuatu yang menletup, menurutnya dia akan segera mati saat itu. Setelah itu dia melihat sesuatu yang aneh. Sek. Ko tertunduk dan memikirkan apa selanjutanya yang terjadi.
Sopir sudah siap menunggu di depan rumah sakit. Sek Ko membukakan pintu untuk ayah Hong Bin. Sebelum masuk ayah Hong Bin menanyakan apa yang Hong Bin rencana dengan Chang. Sek Ko hanya menjawab "ya" semakin binggung dengan yang akan dilakukan oleh anaknya, padahal anaknya itu belum menikah. Sek Ko menjawab "ya"
"seluruh dunia tahu bahwa aku ini adalah ayahnya. apakah dia mau masuk ke dalam lubang kotoran itu? " ucap ayah Hong Bin. Sek Ko menjawab "ya" tapi dia sadar jawabanya bukan itu, dia berusah menjelaskan maksudnya. "kau pasti anjing setianya" Sek Ko menjawab "ya" . Dia sadar kembali jawabannya itu salah. Tapi ayah Hong bin sudah masuk mobil dan pergi begitu saja.
Hong Bin berdiri di tepian danau dengan pegunungan disekelilingnya. Dia memejamkan mata seperti merasakan suasana nyaman. Dia mendengar suara Tae Hee "geli sekali.... bagaiamana manusia bisa memiliki bau yang nyaman? mendekatlah kau ingin mencium baumu" Mata Hong Bin terbuka, dia ternyata sedang berada di dalam ruangan kantornya.
Se Dong memanggilnya tadi, saat itu juga ia kembali pada suasana gunung sebelumnya, sembil menatap terus melihat Se Dong yang berdiri di depannya. "jika kau memanggilku, seharusna kau mengatakan sesuatu" ucap Se Dong. Hong Bin tetep merasa bahwa ia dan Se Dong sedang berbicara di tepi danau. Se Dong mengatakan bahwa ia sudah berdiri selama 10 menit.
Hong Bin hanya bisa diam dan wajahnya benggong melihat Se Dong di depannya. Se Dong pikir kalau memang Hong Bin tidak ada keperluan..... Hong Bing langsung menyuruh Se Dong pergi saja. Se Dong kaget mendengar Hong Bin yang langsung menyuruhnya pergi. Se Dong akhirnya pamit pergi.
Bersambung ke part 2
Đăng nhận xét