Se Dong yang tadinya mau pergi, akhirnya menghentikan langkahnya. Hong Bin melihat Se Dong yang berdiam diri di depannya. Se Dong membalikan badannya, dia pikir karena ia sudah ada di ruangan Hong Bin dia ingin bertanya sesuatu. Dia mengeluarka kertas dari saku bajunya, menurutnya walaupun itu tulisan anak-anakn menurutnya itu tetap privasi.
Sebenarnya dia harus menjaga privasi itu tapi karena ia sebagai baby sisternya maka ia memilih untuk memberitahu Hong Bin sebagai walinya. Se Dong memberikan selembar kertas pada Hong Bin di atas meja lalu menjauh kembali. Dia meminta Hong Bin untuk membacanya, ia menceritakan bahwa itu adalah surat dari Chang untuk kakeknya.
Walaupun tidak ada alamatnya, tapi Chang tetap meminta Se Dong untuk mengirimkannya. Hong Bin membawa surat yang ditulis Chang. Se Dong pikir perkataannya ini sangat kelewat batas, tapi dia melihat monster yang dimaksuda Chang itu adalah ayahnya. "anakmu memiliki pandangan yang negatif terhadapmu"jelas Se Dong.
Yang ia tahu saat mendapatkan pelatihan penjaga anak atau baby sister, seorang anak dan ayah hubungannya itu harus selalu positif. Hong Bin berjalan tanpa mendengarkan Se Dong menjelaskan. Sementara Se Dong tetep menjelaskan semua supaya Hong Bin bisa mengetahui semuanya. Hong Bin tetap saja pergi meninggalkan ruangannya.
Hong Bin sudah ada dirumah, dia bertanya pada Chang apakah ia sudah melihat monster. Chang hanya cemberut mendengar pertanyaan ayahnya. "katakan padaku!! Apakah kau tidak punya mulut?" ucap Hong Bin kasar. Chang mulai memperlihatkan wajah ingin menangis. Hong Bin semakin penasaran bagaiaman penampilan dari monster yang dikatakan Chang.
Chang malah menangis keras. "berhenti menangis, beritahu aku" ucap Hong Bin tenang. Dia tetap ingin tahu bagaimana penampilan dari monster yang dikatakan oleh Chang. Tetap saja Chang menangis dan tidak mau menjawab yang ditanyakan oleh Hong Bin.
Di luar Pelayan Yoon dengan yang lainnya sedang membersihkan kaca dan juga barang-barang yang ada disekitarnya. Mereka terdiam setelah mendengar teriakan Hong Bin meminta Chang untuk berhenti menangis dan memberitahunya. Pelayan Yoon yang mendengar teriakan Hong Bin hanya bisa menghela nafas. Dia menceritakan saat ia masuk ke dalam rumah itu, yang ia rasakan adalah aura positif.
Dia merasa sangat damai ada di dalam rumah, si pemilik rumah yang lama meninggalkan rumah dengan suasana yang damai. Pelayan Yoon mulai mengosok guci kembali, menurutnya walaupun pemiliknya berganti dia tetap berkerja dirumah itu karena ia merasa energi yang positif. Menurutnya aura itu tidak seperti saat ayah Hong Bin tinggal dirumah itu.
"tapi saat anaknya mengusir ayahnya, dan menjadi tuan dirumah ini....." belum selesai pelayan Yoon berbicara teriakan Hong Bin semakin terdengar meminta Chang untuk berhenti sampai ia menengok kearah suara itu beralas. Pelayan Yoon memilih untuk diam dan mengambil guci yang lain untuk dibersihkan, tapi belum saja memulai guci itu sudah terbelah dua.
Semua pelayan benggong karena tiba-tiba guci itu bisa terbelah. Pelayan Yoon meminta pelayan Kim untuk menghubungi Sek Ko dan meminta ia untuk menghubunginya. Pelayan Kim mengerti dan menjalankan perintahnya. Pelayan Yoon melihat dengan kejadian ini pasti Tuhan sedang marah. Suara Chang menangis masih terdengar dari bawah.
Hong Bin menghadapkan Chang padanya, dia meminta Chang untuk mengambar. Chang masih saja terus menangis, Hong Bin meminta Chang untuk mengambar monster yang pernah ia lihat. Akhirnya dia mendudukan Chang pada kursi dan Hong Bin mulai mengambar sendiri. Dia memperlihatkan gambar pada Chang "apakah monster itu terlihat seperti ini?" tanyanya.
Chang masih saja terus menangis. Hong Bin tetap menanyakan apakah benar monster yang ia lihat seperti yang ia gambar. Chang hanya menjawab dengan coretan lalu melempar crayon begitu saja. Hong Bin ingin tahu kapan Chang melihatnya. Chang hanya menjawab "kemarin-kemarin" sambil terus menangis. Hong Bin belum puas, dia belum mengerti yang dikatakan anaknya. Chang hanya mengelengkan kepala.
"saat hujan?" tanya Hong Bin. Chang akhirnya mengangukan kepalanya. "apakah itu aku?" tanya Hong Bin lagi. Chang hanya mengelengkan kepal dan masih terus menangis. Hong Bin masih ingin tahu sebanarnya siapa yang dilihat anaknya itu. Chang mengelengkan kepalanya dan terus menangis.
Hong Bin mengendarai mobil dalam suasana diam. Matanya menatap lurus ke depan tanpa berbicara. Chang duduk dibelakang, dia sudah tidak menangsi lagi. Ia berani melihat ayahnya yang mengendarai mobil dengan diam. Tapi dia cemberut melihat ayahnya yang masih saja diam saat menyetir.
Di dalam kamarnya, Se Dong sedang meremas-remas koran menjadi seperti bola, dia berbicara ditelp kalau semua barangnya itu basah karena hujan. Dia memasukan beberapa bola-bola koran ke dalam sepatunya yang basah. Dia tidak mau mengunakan pemanas karena itu pemborosan. Menurutnya kalau ia tidak melakukan itu semua maka semua barangnya itu akan tumbuh jamur.
Se Dong memasuk ke dalam laci dan peralatan masak lainya, dia meminta Seung Hwan besok untuk membawakan koran yang lebih banyak lagi. Suara pintu digedor, Se Dong meminta Seung Hwan untuk menutup telpnya karena ada orang yang datang. Saat membuka pintu, Chang langsung berlari masuk ke dalam rumah.
"apakah kau tidak takut, tinggal sendirian tanpa mengunci pintu?" sindir Hong Bin yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Se Dong hanya menatap Hong Bin dengan tatapan kesal, dia tak membalas dan hanya menatap Hong Bin yang hanya berdiri dan melipat tangannya di dada.
Beberapa menit kemudian, Se Dong sudah ada di dalam mobil, duduk disebelah Chang. Dia memberanikan diri untuk bertanya kemana mereka akan pergi karena ia sudah mengikuti semua yang dinginkan Hong Bin. Hong Bin meminta Se Dong untuk diam saja, dia menceritakan Chang hanya mau ikut kalau istrinya juga ikut. Dengan begitu dia tidak punya pilihan lain untuk mengajak Se Dong ikut dengannya.
Se Dong menatap Chang yang duduk disebelahnya. Chang hanya memegang tangan Se Dong dengan tatapan melas. "kita akan pergi kemana?" tanya Se Dong. Chang menjawab mereka akan pergi ke rumah kakek. Se Dong kaget, dia menanyakan dimana tempat kakeknya Chang pada Hong Bin, dia pikir mereka akan sempat pulang kerumah malam hari ini.
Hong Bin hanya diam sambil menyetir. Se Dong melihat sudah jam 11 lewat, dia juga tidak bawa dompet dan ponselnya. "kita masih bisa pulang kan?" tanya Se Dong. Hong Bin tetap saja diam, dalam perjalanan malam yang sepi, ia seperti membaca surat yang di tulis oleh Chang.
"kakek.... ini aku Chang. kakek ajak aku bersamamu, jika kau tidak mengajakmu ada monster yang akan memakanku. Aku akan menikahi Se Dong dan tingal denganmu, saat aku ke kampung halamanmu...." Se Dong menatap jalan yang tidak tahu kemana ia akan pergi. Chang sudah tertidur dengan bersender pada pundak Se Dong. Hong Bin sesekali melihat Se Dong dan Chang dari kaca spion.
Pagi hari, Se Dong dan Chang tertidur di dalam mobil. Hong Bin sudah tidak ada di kursi kemudi hanya ada mereka berdua. Se Dong terbangun dan binggung melihat Hong Bin sudah tidak ada di dalam. Se Dong sudah berada di depan sebuah danau, ia tak percaya melihat pemandangan didepannya. Senyumannya terlihat bahagia dan beberapa kali menarik nafas panjang dengan udara pagi yang segar.
Hong Bin sudah berdiri tak jauh dari Se Dong, Dia kembali mengingat tulisan Chang. "saat aku ke kampung halamanmu, ada ikan yang berbau semangka.Ibu memintaku untuk mencobanya, kakek, ajak aku bersamamu. Dari Chang". Hong Bin mulai memejamkan matanya, dia ingin meresapi bau tumbuhan yang ada sekitarnya.
Ternyata ia pernah bersama Tae Hee pergi ke tepi sungai itu, Tae Hee memberitahu bahwa nama sungai itu adalah sungai Bo Sung, Sungai yang turun dari atas gunung lalu mengaliri desa. Impian Tae Hee saat itu, ketika mereka berdua sudah tua nanti mereka harus memiliki rumah di tempat kampung halaman ayahnya. Hong Bin membukan matanya kembali. Tae Hee ingin mereka bisa ke sungai itu tiap hari.
"kau yakin akan tetap tinggal bersama ku sampai tua nanti?" tanya Hong Bin. Tae Hee mengatakan Hong Bin nanti akan mencuci pakaian dalamnya lalu memakaikan untuknya. "kenapa harus aku?" tanya Hong Bin. Menurutnya ia kan memberikan pakaian dalam pada Tae Hee dan ingin melihat Tae Hee yang memakainya sendiri. Suara tawa bahagia terdengar membuyarkan lamunan Hong Bin.
Se Dong masih tertawa bahagia, dia melempar batu ke sungai supaya membunyikan gemericik air. "kita ini sebenarnya ada dimana?" tanyany bahagia. Dia melihat saat membuka mata, seperti melihat surga di depannya. "apakah kita sudah mati semua?" tanya Se Dong bodoh. Hong Bin hanya menatap Se Dong lalu berjalan pergi.
Hong Bin berjalan, ternyata Se Dong mengikutinya. Dia memberitahu bahwa mobil mereka mogok. Se Dong binggung, dia pikir Hong Bin sudah menelp ke bagian asuransi dari mobilnya. Bagasi mobil terbuka, Hong Bin menyuruh Se Dong untuk membawa tas yang ada didalam bagasi. Sebuah koper besar ada di dalamnya, Se Dong mengeluarkan koper dari dalam bagasi.
Mereka berdua berjalan yang sepi tanpa kendaraan, Hong Bin membawa Chang seperti memanggul beras. Se Dong melihat sekeliling yang penuh dengan pohong. "kita akan jalan kaki?" tanya Se Dong sambil mengikuti jalan Hong Bin yang cepat. Hong Bin tetap saja diam sambil memangul Chang. Se Dong masih penasaran kemana mereka akan pergi karena tempat yang ia datangi tadi sangat indah.
"Changg... kau menyukainya juga kan?" teriak Se Dong pada Chang yang di panggu oleh Hong Bin. Se Dong melihat pemandangan di depannya itu sangat indah. Hong Bin berlari cepat membawa Chang. Se Dong berusah mengikutinya ikut berlari sambil menari koper besar ditangannya.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai disebuah halte bus terdekat, Chang sudah bangun dan duduk disamping Se Dong. Hong Bin wajah kasarnya, memegang koper yang dibawa Se Dong. Bus mereka datang, ketiganya menaiki bus dan duduk dibagian belakang. Se Dong membuka kaca jendela, melonggo melihat pemandangan yang ia lihat "Wooooo" jeritanya.
Beberapa ibu-ibu yang menaiki bus, melihat Se Dong yang mengeluarkan wajahnya melihat pemandangan di luar jendela. Mereka tertawa, Se Dong Seperti orang kota yang norak karena baru melihat pemandangan yang bagus di kampung. Beberpa kali dia terus saja menjerit histeris "Wooooow". Hong Bin sendiri malu, dia memilih sedikit demi sedikit mengeser tempat duduknya.
Se Dong kembali menjerit "Woooooww" yang akhirnya mengakibatkan gelak tawa didalam bus. Se Dong sendiri ikut tertawa karena ia sadar seperti orang norak yang baru pertama kali. Dalam pemberhentian Se Dong membantu para nenek untuk menurunkan karung dari dalam bus. Hong Bin sampai melonggo melihat Se Dong yang selalu membantu para nenek-nenek untuk menurunkan barangnya.
Di permberhentian berikutnya, Se Dong membantu lebih banyak nenek yang membawa barang. "seharusnya pria yang membantu membawakannya"sindir Chang polos. Hong Bin melihat Chang dengan wajah. Se Dong duduk di dekat pintu bus, "Chang... ini sulit di percaya. Kakekmu ini seperti tinggal disurga" teriaknya. Hong Bin yang mendengarnya, menghembuskan nafas panjang.
Sek. Ko datang masuk ke dalam ruang dua pegawai. Semua tim kaget melihat kedatangan Sek Ko yang tiba-tiba karena mereka tidak sedang berkerja. Sek. Ko menanyaan Hong Bin pada mereka. Dua pegawai itu menyindir kalau Sek. Ko saja tidak tahu apalagi mereka. Sek, Ko tahu kalau mereka itu punya janji untuk bertemu. Mereka mengatakan bahwa Hong Bin tidak datang padahal mereka sudah menunggunya.
Berbeda di ruangan tim Se Dong, mereka menyelesaikan project Monstro. Tapi hanya Seung Hwan yang memegang ponselnya dengan wajah panik. Dia seperti menelp Se Dong tapi tidak diangkat sama sekali. Sek Ko masuk, dia melihat Se Dong tidak ada didalam ruangan. Seung Hwan langsung berdiri "kau tahu dimana Se Dong berada?" tanyanya.
Sek Ko mengatakan ia tidak tahu, dia hanya memberitahu bahwa Hong Bin tidak membawa ponsel. Menurutnya bosnya itu sedang bersama Se Dong juga, jadi dia tidak mengangkat telpnya. Teman-temannya langsung kaget mendengar Se Dong sedang bersama Hong Bin. "kenapa kau berpikir mereka sedang bersama-sama?" ucap Seung Hwan tak terima.
Sek. Ko tidak menjawab, dia memilih untuk keluar dari lapangan. Seung Hwan masih tak terima, dia berteriak memanggil Sek. Ko tapi Sek. Ko masih tetap saja berjalan. Sampai akhirnya dia berteriak lebih keras lagi, akhirnya Sek Ko berhenti. Sek.Ko membalikan badannya menangapi Seung Hwan yang terus memanggilnya.
"kenapa kau berpikir mereka sedang bersama-sama?" teriak Seung Hwan. Sek Ko tetap tak menjawab, dengan tangganya dia menyuruh Seung Hwan pergi saja. Seung Hwang mengumpat saat Sek Ko pergi. Saat itu juga Sek Ko memutar lengannya yang kekar. Seung Hwa mengaruk lehernya, mengumpat dengan perlahan. Dia seperti ketakutan otot besar yang dimiliki oleh Sek. Ko.
Sek. Ko mencari dari ponselnya, seperti dia mencari dengan cara meihat prakiraan cuaca. Tapi dia melihat semua terang benderang. Sopir Jo datang dengan tersenyum, dia membawa berita kalau Hong Bin itu mengalami kecelakaan. "kecelakaan?" teriak Sek Ko kaget.
Sopir Jo malah tertawa, dia memberitahu bahwa mobil Hong Bin mogok ditengah jalan. Menurut perusahaan asuransi, mereka tidak bisa menelp Hong Bin tapi mereka sudah menemukan mobilnya. Sopir Jo masih saja terus tertawa sambil menjelaskan. "dimana mobil itu berada?" tanya Sek Jo penasaran.
Hong Bin, Se Dong dan Chang sudah sampai ditempat tujuan. Hong Bin berjalan cepat dengan mengeret koper, Se Dong meminta Hong Bin untuk menunggu mereka karena Chang tidak bisa berjalan cepat. Tapi Hong Bin masih saja terus berjalan cepat tanpa mendengarkan Se Dong. Se Dong akhirnya menyuruh Se Dong untuk naik ke punggunya saja.
Di tepian sungai, ada seorang bapak tua yang membantu para penduduk untuk menyebarang dengan perahu. Dia akan mengikat perahunya dan menunggu si bibi supaya mereka bisa menyebrang kembali. "tolong jangan di ikat!" suara Hong Bin terdengar dari belakang. Kakek tua itu terperangah melihat Hong Bin yang berdiri dibelakangnya. Hong Bin tetap menatap kakek yang berdiri di depannya.
Se Dong memanggil Hong Bin yang sudah berjalan jauh dan ia kehilangan arah. Chang menunjuk tempat ayahnya sudah berbiri di tepian sungai. Hong Bin dan kakek masih terdiam satu sama lain saling menatap. "Wooow.... kita akan naik perahu itu" jerit Se Dong. Keduanya senang mengetahui mereka akan naik perahu. Se Dong berjalan cepat supaya sampai ke tempat Hong Bin berdiri.
Tapi dia malah terjatuh, Chang meminta Se Dong untuk menurunkannya. Dia mengulurkan tangannya meminta Se Dong untuk memegang tangannya. Se Dong jongkok, dia tertawa melihat tingkah Chang "siap... suamiku" canda Se Dong. Keduanya tertawa sambil tersenyum.
Dalam sebuah rumah yang tinggi dengan disekelilingi tembok, seorang wanita sedang melakuan perawatan pedicure. Ia mendengar bunyi telp tapi seperti enggan mengangkatnya, tapi karena terus berbunyi ia meminta pelayan untuk mengambil telp itu. Ternyata dari pelayan Yoon. Dia terpaksa menelp karena ada sesuatu yang menurutnya mendesak. Ia sendiri sedang melakukan perawatan disalon.
Yang ia tahu dari pelayan lain bahwa Tuan Joo itu ada dirumah itu. "apakah aku bisa bicara dengannya?" tanya pelayan Yoon sopan. Pelayan Yoon seperti tak suka dengan kata si nyonya untuk menunggu. Ayah Hong Bin sedang duduk dimeja kerjanya, wanita itu datang. Ternyata ia adalah ibu Hong Bin. "bagaimana cara anak kita mengajari pelayannya?" sindir ibu Hong Bin.
Sepertinya istrinya itu sengaja berbicara saat telp masih tersambung oleh pelayan Yoon. "beraninya dia menelp kesini. Apa yang kau ajarkan pada anak-anak. Berani sekali pelayan itu langsung menelpku " ucapnya sinis. Pelayan Yoon yang mendengarnya hanya bisa meremas baju handuk yang menutupi tubuhnya. Istrinya menaruh telpnya begitu saja dan meninggalkan ruangan.
Pelayan Yoon langsung meminta maaf karena sudah lancang menelp ayah Hong Bin, "kau mau berbicara apa?" tanya Ayah Hong Bin tegas. Pelayan Yoon ingin mengatakan sesuatu tentang Hong Bin. Makanya mereka harus bertemu.
Perahu mulai menyebarangi sungai, Hyun Wook duduk di pinggi perahu sementara Se Dong dan Chang duduk ditengah dengan wajah riang, si kakek menarik perahunya dengan tali perlahan-lahan. Se Don masih takjub melihat keindahan suasan yang indah di depan matanya. Hong Bin hanya terdiam melihat sungai yang mengalir didepannya.
Perahu sampai ditepian, Hong Bin menurunkan koper dan Chang, setelah itu dia meninggalkan begitu saja. Si kakek memandang Hong Bin dari kejauhan. Se Dong berterimakasih pada si kakek dan mengajak Chang untuk semangat mengalahkan ayahnya yang berjalan cepat di depan mereka. Kakek itu ikut berjalan di depan mereka, Se Dong binggung kenapa si kakek ikut berjalan bukan menunggu perahunya.
Hong Bin berjalan perlahan, disampingnya ada bilik tua dengan tergantung bawang putih di depannya. Ia ingin menarik pintu yang ada di depannya. "sayang... keluarlah dan lihat siapa yang datang" suara si kakek memanggil istrinya di dalam. Hong Bin hanya terdiam, dia menarik pintu yang ada di depannya.
Saat pintu terbuka ada seorang nenek tua yang duduk disana, mata Hong Bin melihat sebuah foto yang tergantung disana. Foto Tae Hee yang mengunakan toga saat wisuda. Ternyata dua orang kakek dan nenek itu adalah ayah dan ibu Tae Hee. "apa sudah waktunya membayar tagihan TV nya?" tanya ibu Tae Hee. Dia seperti tidak mengenal Hong Bin.
Ibu Tae Hee mengambil uang yang terselip di dalam roknya, dia memberikan uang pada Hong Bin. Dia melihat Hong Bin yang sudah kerja keras, menurutnya lebih baik saat muda sudah berkerja keras. "kau mau meminum sesuatu?" ucap ibu Tae Hee. Sepertinya ia masih tak sadar itu Hong Bin, mantan pacar anaknya.
Ibu Tae Hee melotot kaget melihat orang yang ada didepanya, Hong Bin berjalan mendekati ibu Tae Hee berdiri. Ayah Tae Hee meminta istrinya untuk mengunakan sepatunya. Ibu Tae Hee kaget melihat Se Dong yang berdiri depannya, Se Dong menyap ibu Tae Hee dengan senyuman. Ibu Tae Hee yang tidak mengunakan sepatu mendekati Se Dong.
Dia langsung memeluk Se Dong, "Tae Hee" ucapnya. Hong BIn binggung kenapa ibu Tae Hee menganggap Se Dong adalah anaknya. "Darimana saja kau?" tanya ibu Tae Hee. Se Dong masih kebinggungan kenapa dia dipanggil Tae Hee oleh nenek yang ada di depannya.
Ibu Tae Hee melepas pelukanya, dia memegang wajah Se Dong. "darimana saja kau, Tae Hee? Kau membuat hatiku berkeping-keping. Kenapa kau baru pulang sekarang?" ucapnya sedih. Ib Tae Hee mengelus wajah Se Dong beberapa kali, dia terus menanyakan kenapa Tae Hee baru pulang sekarang. Chang seperti bingung melihat nama ibunya disebut tapi Se Dong yang yang di panggil oleh si nenek.
Ayah Tae Hee meminta istrinya untuk sadar bahwa itu bukan Tae Hee anakn mereka. Ibu Tae Hee tetap saja menanyakan dari mana saja kau, sampai baru pulang sekarang. "dia bukan Tae Hee" tegas Hong Bin. Ibu Tae Hee melihat kerarah Hong Bin. Hong Bin berteriak kalau wanita itu bukan Tae Hee. Se Dong terlihat akan mengeluarkan air matanya.
Dia seperti tak tega memberitahu ibu Tae Hee bahwa ia memang bukan anaknya. Se Dong memberikan alansan dirinya lebih banyak bermain-main dan bersenang-senang sampai ia lupa pulang. Dia meminta maaf pada ibu Tae Hee. Se Dong mulai menangis dan terus meminta maaf. Hong Bin melihat Se Dong menangis dipelukan ibu Tae Hee.
Ayah Tae Hee lebih sedih melihat Se Dong yang menangis dan mau berpura-pura kalau dirinya adalah Tae Hee. Chang sendiri semakin binggung, mendengar namanya ibunya disebut dan Se Dong menangis tersedu-sedu. Hong Bin mendengar dan melihat Se Dong menangis, sepertinya ia teringat dengan Tae Hee.
Bersambung ke Episode 5
Đăng nhận xét