Jae Yul dan Ha Soo pulang bersama, Jae Yul menanyakan apa yang dipikirkan oleh Hae Soo. Dengan mata tertutup Hae Soo meminta Jae Yul jangan banyak tanya karena dirinya sangat lelah. Jae Yul berpikir pada hari ini dia bisa melihat satu sama lain dalam jangka waktu yang lama. Hae Soo menatap Jae Yul "apakah kau ingin putus dengan ku?" tanyanya.
Jae Yul tidak berpikiran seperti itu, Hae Soo tersenyum, dia meminta Jae Yul untuk membelikan minuman herbal untuk menambah tenaga. Jae Yul tersenyum "baiklah aku akan membelikan untuk ku dan mari kita menikah" ajak Jae Yul. Hae Soo tersadar dengan ucapan Jae Yul dan meminta Jae Yul mengulanginya.
"aku bilang mari kita menikah" ucap Jae Yul sekali lagi dengan menatap Hae Soo. Sementara Hae Soo terlihat kesal dengan ajakan pacaranya. Jae Yul tersenyum dan menatap lurus ke depan dan terus menyetir.
Setelah Jae Yul mengajak Hae Soo untuk menikah keduanya menatap lurus ke depan tanpa bergeming. Hae Soo sedikit gelisah dan mencoba melihat kearah jendela. Lalu dia menatap Jae Yul "apakha kita harus makan?" tanya Hae Soo. Jae Yul melihat ke arah Hae Soo "mari kita menikah" ucapnya. Hae Soo tertawa mendengarnya, dia mengajak Jae Yul untuk minum bersama saja.
"kenapa? apakah itu terlalu berat?" tanya Jae Yul. Hae Soo meminta Jae Yul jangan sembarang berbicara kalau ada wanita yang langsung mengatakan ya dalam beberapa detik saja, ia yakin Jae Yul akan merasakan kesulitan. Jae Yul tertawa mendengarnya, lalu Hae Soo menunjuk satu tempat pada Jae Yul.
Dong Min melihat rekaman CCTV Jae Yul setelah itu dia menutupnya. Dia bersadar dibangku dengan tatapan tak percaya "kita harus mengobatinya" ucap Dong Min. Tae Yong yang mendengar ucapan Dong Min langsung menangis histeris.
Soo Kwang datang dengan papan permainannya, dia mengajak mereka semua untuk bermain games bersama. Tapi dia binggung melihat Tae Yong yang berbadan besar menangis di depan Dong Min. Dia kebinggungan sebenarnya apa yang terjadi sebelum dirinya datang.
"masalah uang, masalh keluarga atau masalah wanita?" tanya Soo Kwang penasaran. Tae Yong masih saja terus menangis. Dong Min melambaikan tangannya, mengisyarakat Soo Kwang tidak perlu tahu, lalu Dia menyuruh Tae Yong untuk pulang dan tidur yang nyenyak untuk hari ini, dia meminta Tae Yong untuk menemuinya besok lagi.
Tae Yong masih saja menangis sesekali menghapus air matanya. Dong Min mengajak Soo Kwang untuk keluar dari ruang prakteknya. Saat berjalan pulang Soo Kwang masih penasaran. "ada apa dengannya? Dia terus saja menangis." tanyanya. Dong Min tidak menjawab, dia hanya berjalan begitu saja dan Soo Kwang mengikutinya dari belakang.
Hae Soo meminum Bir langsung dari botolnya, dia merasakan sangat nikmat sekali. Yoon Chul datang, dia memberikan service pada Hae Soo dan Jae Yul. Hae Soo semakin senang dengan pelayan temannya. Lalu dia menanyakan siapa yang sedang duduk bersama Hye Jin, sang istri. "ohhh.. mereka adalah keluarga dari pasien skizofrenia saat di balai pengobatan, tapi sekarang sang pasien kambuh lagi" cerita Yoon Chul.
Jae Yul dan Hae Soo melihat Hye Jin yang sedang berbicara serius dengan keluarga pasien. Yoon Chul mendengar para dokter menyuruh pasien itu meminum obat dari dokter, tapi si pasien merasa baik-baik saja jadi mereka merasa sangat kecewa. Hae Soo juga menasehati Yoon Chul supaya istrinya itu meningkatkan kewaspadannya kalau nanti penyakit itu kambuh lagi.
Yoon Chul mengerti akan hal itu. "Yang aku dengar, kalian sedang berkencan?" tanya Yoon Chul. Keduanya saling menatap. Jae Yul menceritakan dirinya sudah melamar Hae Soo. Hae Soo juga membenarkan hal itu, tapi dia sudah menolak lamaran itu. Yoon Chul mengeluh, "ahh kau menolak sebuah keberuntungan di depan mata" ucapnya. Lalu ia meminta keduanya melanjutkan pembicaraan mereka saja.
Jae Yul melihat Hye Jin sedang melayani pelanggan di meja kasir. Dia melihat Hye Jin itu bisa berkerja juga. Hae Soo menjelaskan itu bisa untuk Hye Jin sebagai pengobatan, walaupun sebenarnya ia tidak boleh berkerja lembur. "apakah bayinya sehat?" tanya Jae Yul. Hae Soo mengangguk, bayinya sangat sehat dan ia sangat bersemangat dan senang saat melihatnya.
"ayo kita menikah!" ucap Jae yul sambil meminum jus didepannya. Hae Soo yang tadinya semangat membicarakan masalah bayi Yoon Chul berubah menjadi benggong. Dia heran pada Jae Yul yang gampang mengucapkan kata seperti itu. Dia melihat seperti mengajak menikah itu tidak ada maknanya.
"haruskah aku melakukan dengan cara yang benar? membeli cincin lalu berlutut di depamu?" tanya Jae Yul santai. Hae Soo meminta Jae Yul jangan pernah melakukan itu. "ayo kita menikah!" ucap Jae Yul kedua kalinya. Hae Soo tertawa mendengarnya, dia meminta Jae Yul untuk mengatakan sesuatu yang masuk akal saja. "utang keluarga ku masih sangat banyak" ucap Hae Soo.
Jae Yul ingin berbicara, tapi Hae Soo langsung menyuruhnya untuk tidak bicara. "jangan katakan bahwa kau yang akan membayarkan semua hutangku" jelas Hae Soo. Hae Soo menjelaskan dirinya akan mengambil program pasca sarjana dan akan cuti menjadi dokter tahun depan. Dia memberitahu bahwa bertemu dengan Jae Yul itu bukan dari rencana hidupnya selama ini.
Menurutnya jadwal yang sudah ia buat itu menjadi sangat membinggungkan. Dia juga tahu Jae Yul sudah menjadi penulis terkenal dan memiliki banyak uang. Ia tahu impian Jae Yul sudah tercapai dengan hidup secara stabil tapi sekarang dia baru saja akan memulai untuk hidup stabil. Dia berharap apa yang dikatakan oleh Jae Yul tadi bukan penyataann yang serius.
"okee... baiklah... kita lupakan tentang pernikahan" ucap Jae Yul semakin santai. Hae Soo terkejut, dia merasa ingin marah karena dengan gampangnya Jae Yul menarik omongannya. Keduanya pun tertawa, lalu Hae Soo menopangkan tangannya dipipi, ia penasaran sampai kapan bisa bahagia seperti sekarang ini. Lalu kalau mereka putus apa yang jadi penyebabnya. Hae Soo pikir bisa dari penolakan orang tua.
Hae Soo menghayal seperti di Drama murahan, dimana sang ibu tidak suka dengannya lalu memberinya uang untuk putus dengan Jae Yul. "ibuku tidak memiliki uang, dia pasti memberikan uang kepadaku. Saat itu mari kita melarikan diri bersama-sama" jelas Jae Yul tersenyum. Hae Soo tertawa mendengarnya. Lalu Jae Yul menanyakan bagaiman kalau keluarganya yang tidak menyetujuinya.
"aku akan menyetujuinya, tapi diam-diam aku akan menemuimu. Kalau sampai mereka tertangkap basaj, maka ia akan menyetujui permintan ibunya, tapi diam -diam akan menemuimu, dan begitu seterusnya."pikir Hae Soo. Jae Yul melihat hanya ada satu alasan mereka bisa putus. Hae Soo penasaran ingin tahu. "emosi antara dirinya atau kau" tegas Jae Yul.
Hae Soo yang mendengar terkejut sampai memucatkan minumannya. Jae Yul mengeluh itu sangat menjijikan dan memberikan tissue dan mengelap meja. "jadi apakah kau memang memiliki rencana untuk menikahi ku?" tanya Hae Soo. Ia ingin tahu alasannya, dia menduga dirinya adalah yang pertama tapi ia masih tak percaya dengan keseriusannya. "Kau adalah yang pertama dan aku serius" ucap Jae Yul dengan tegas.
Jae Yul pikir kalau Hae Soo tidak memiliki niat untuk menikah, lebih baik dia jangan bertanya lagi masalah itu. Hae Soo masih saja penasaran "mengapa Jae Yul ingin menikahi Hae Soo?" tanya Hae Soo penasaran. Dia menceritakan dirinya yang tidak begitu suka anak-anak dan tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, yang ada dipikirannya hanya belajar, tapi kenapa Jae Yul masih tetap ingin menikahinya.
Hae Soo meminta Jae Yul untuk mengatakan padanya. Jae Yul mengajak Hae Soo untuk pulang karena ia akan menulis. Hae Soo memohon Jae Yul untuk mengatakannya. "aku lelah, setelah aku mengantarmu lalu aku pulang sudah mulai fajar" ucap Jae Yul. Hae Soo rasa ia bisa pulang sendiri saja dengan mengunakan bus. Jae Yul menyuruh Hae Soo naik taksi saja.
Dengan santai Hae Soo meminta Jae Yul memberikan uang untuk naik taksi. Jae Yul tersenyum, dia memberikan dompet berwarna orange pada Hae Soo. Hae Soo binggung kenapa ia diberi dompet. "aku sudah mengambil dompet milikmu, jadi aku gamti dompet yang baru" jelas Jae Yul. Hae Soo membuka dompetnya, dia sangat suka dengan model dompet yang diberikan Jae Yul.
Dia melihat Jae Yul menaruh foto mereka berdua, dia melihat Jae Yul itu punya selera yang bagus. Hae Soo semakin kaget melihat ada banyak uang didalam dompetnya. Jae Yul mendengar Hae Soo tidak hanya memberikan sebuah dompet baru. Dia binggung kenapa Hae Soo tidak marah karena ia sudah memasukan uang miliknya pada dompet barunya.
"kita akan semakin dekat" ucap Hae Soo. Jae Yul tertawa mendengarnya. Hae Soo pun akan membelikan minuman penyegar dari uang yang diberikan Jae Yul padanya. Jae Yul semakin tertawa mendengar omongan Hae Soo.
Hae Soo menaruh uang 50,000 Won, dia ingin dengan uang itu Jae Yul bisa memberitahu alasan kenapa ia ingin menikah. Jae Yul menyelipkan uangnya di dompet Hae Soo menurutnya Hae Soo tidak perlu tahu alasannya nanti ia bisa menyesal karena mendengarkannya. Hae Soo merasa dirinya akan mendengar dari telinga kanan lalu keluar begitu saja dari telinga kirinya.
Lalu Hae Soo akan memejamkan matanya dan meminta Jae Yul untuk tidak mengatakan sesuatu yang murahan. Jae Yul meminum minumannya terlebih dahulu
"aku hanya bisa tidur dikamar mandi bukan di kasur, ibuku juga hanya bisa tidur diruang tamu dengan jendela terbuka walaupun cuaca sangat dingin. Sementara kakaknya sudah ada dipenjara selama 14 tahun. Aku tidak pernah punya keberanian untuk mengatakan semua itu kecuali pada satu wanita yaitu kau" cerita Jae Yul dengan menatap Hae Soo dalam-dalam.
"bahkan setelah kau mendengar dan melihat, menurut mu ada wanita lain diluar sana yang bisa mendengar semua tentang kehidupanku. Dia yakin tidak ada seorang wanita yang bisa mendengar itu semua selain dirimu. Jika ada wanita yang seperti itu, tolong beritahu aku. Jadi aku tidak akan bergantung lagi padamu"ucap Jae Yul.
Hae Soo membuka matanya, Jae Yul merasa ucapannya tadi seperti lelucon tapi tidak begitu buruk. Setelah itu dia mengelus rambut Hae Soo, keduanya terlihat berkaca-kaca. Jae Yul pergi meninggalkan Hae Soo. Sementara Hae Soo merasa sedih mendengar semua alasan Jae Yul ingin menikahinya.
Hae Soo berjalan pulang dengan tatapan sedih, binggung dan tidak merasa bergairah. Begitu juga Jae Yul wajahnya tegang saat megendarai mobil saat pulang. Hae Soo menelp Jae Yul sambil berbaring dikamar Jae Yul sebelum pindahh. "Jae Yul, kalau aku mengatakan tidak akan menikah dengan mu, kau tidak akan berkencan dengan mu lagi?" tanya Hae Soo.
Jae Yul merasa tidak seperti itu, "kau masih mau berkencan dengan ku?" tanya Hae Soo kembali. Jae Yul mengiyakan, "kau tidak akan bertemu dengan wanita lain juga?"tanya Hae Soo. Jae Yul pikir perempuan lain itu membosankan jadi dia tidak begitu tertarik. Hae Soo pikir Jae Yul tidak akan kesal apabila ia tidak mendengarknnya. Jae Yul tidak akan marah pada Hae Soo.
Hae Soo ingin tahu alasannya, "karena aku mencintaimu" ucap Jae Yul. "mengapa kau sangat mencintaku?" tanya Hae Soo kembali. Jae Yul merasa tidak tahu kenapa. Hae Soo merasa hubungannya sangat memberatkan dirinya. Jae Yul meminta maaf, dia sekarang hanya ingin mencintai seorang Hae Soo saja jadi janga membuat itu menjadi berat.
"aku ingin melihat dan memelukmu" ucap Hae Soo dengan suara sedikit terisak. Jae Yul meminta Hae Soo untuk menahannya, Hae Soo mengerti, dia menyuruh Jae Yul berkerja sebentar saja dan pergi tidur. Keduanya menutup telp, Hae Soo dengan wajah sedihnya masih berbaring di kamar Jae Yul.
Dong Min menganti lilin yang sudah habis di depan kamar Hae Soo. Hae Soo yang baru bangun menanyakan apa yang dilakukan Dong Min. Dong Min menjelasakan lilinya sudah habis jadi ia mengantinya. Dia mengingatkan hari minggu dan kenapa Hae Soo tidak tidur lebih lama seperti biasanya. Hae Soo merasa kantuknya tidak datang padanya.
"itu sangat mengejutkan pada orang yang tukang tidur seperti mu" komentar Dong Min. Hae Soo menceritakan Jae Yul yang ingin menikahinya dan itu sangat serius. Dong Min sempat terdiam sejak, dia ingin tahu apa yang Hae Soo katakan. Hae Soo menjelaskan dirinya tidak bisa karena masih banyak yang harus ia lakukan.
Dong Min memuji dengan sikap yang diberikan Hae Soo pada Jae Yul. Hae Soo protes dengan pujian Dong Min. Sambil berjalan dan dengan santainya Dong Min mengubah komentarnya "yang kau lakukan itu buruk"ucapnya. Hae Soo semakin binggung dengan yang diucapkan Dong Min.
Dong Min menyiapkan nasi, Hae Soo membantu menyiapakan Sayur, sementara Soo Kwang duduk di meja melihat Hae Soo. Soo Kwang binggung dengan Hae Soo yang tidak ingin menikah, jadi dia menyarankan untuk hidup bersama saja. Hae Soo pikir tinggal dengan seorang pria yang dicintainya setiap hari itu seperti tidak memiliki privasi, hanya memikirkannya saja membuat dirinya sudah susah bernafas.
"berkencan dengan pria yang dulu tinggal disebelah kamarnya seminggu sekali dan hanya memiliki pria yang tinggal di Seochodong itu sudah sangat sempurna"menurut Hae Soo. Soo Kwang setuju dengan hal itu, mungkin dengan pernikahan membuat hidup sangat membosankan, menurutnya dengan keadaan seperti itu mereka masih bisa saling mengoda.
Dong Min dari tadi hanya mendengar saja, wajahnya terlihat sedikit lelah dan banyak sekali pikiran. "kau bisa juga sangat gugup saat-saat sedang intim berdua" goda Soo Kwang pada Hae Soo. Hae Soo tertawa, dia heran pada Soo Kwang yang berbicara tentang keintiman di pagi hari.
Ketiganya pun sarapan bersama. Soo Kwang menceritakan orang tuanya akan datang ke cafe dan ia akan memperkenalkan Soo Nyu pada mereka. Dia ingin tahu bagaimana menurut Hae Soo. Hae Soo pikir sebaiknya tidak usah seperti itu. Soo Kwang menceritakan tentang kekhawatiran ayah dan ibunya selama ini adalah takut anaknya tidak bertemu dengan seorang wanita dan meninggal sebagai perjaka tua.
Soo Kwang ingin memberitahu orang tuanya kalau yang ditakuti oleh orang tuanya itu tidak akan terjadi. Dong Min pikir Soo Kwang tidak perlu melakukan itu. Soo Kwang protes, dia juga ingin tahu dengan sikap Soo Nyu, apakah cintanya hanya sementara atau selamanya. Yang ia tahu Dong Min sudah punya istri tapi masih saja mengoda Young Jin.
"mengapa rasa nasi seperti ini?" teriak Dong Min. Hae Soo dan Soo Kwang benggong melihat Dong Min yang tiba-tiba berteriak. Soo Kwang memarahi Soo Kwang yang tidak becus memasak padahal sudah tiga tahun mereka tinggal bersama dan nasi yang ia makan itu belum matang. Hae Soo binggung dengan Dong Min hanya gara-gara nasi belum matang bisa semarah itu.
Dong Min mengatakan kau belum tahu kalau belum sampai ke usianya. Soo Kwang menyuruh Dong Min saja nanti yang memasak nasi. Dong Min berteriak lagi kalau selama ini dia sudah menyuruh Soo Kwang untuk merendamnya dulu sebelum memasak. Hae Soo meminta maaf karena tadi dia lupa untuk menyuruh Soo Kwang untuk merendamnya.
"ada apa dengan mu Sunbae, apakah ada kabar buruk dari Amerika?" tanya Hae Soo yang khawatir melihat sikap Dong Min yang marah-marah. Dong Min tidak merasa seperti itu, saat akan memulai makan lagi, dia merasa tak nafsu makan dan memilih untuk pergi dari meja makan.
Hae Soo sedikit tertawa, dia melihat makanan Dong Min memang sudah habis jadi dia memang harus sudah pergi. Dengan santai Soo Kwang berpikir Dong Min itu sedang menopause, Hae Soo tertawa mendengarnya. Yang Soo Kwang dengan ada masa-masa dimana laki-laki itu menopause juga. Hae Soo semakin tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
"emmm... mungkin karena Tae Yong" pikir Soo Kwang. Hae Soo binggung kenapa dengan Tae Yong. Soo Kwang menceritakan Tae Yong datang ke tepat Dong Min, dengan tubuh yang besar itu Tae Yong menangis histeris di dalam ruangan Dong Min. Hae Soo penasaran sebenarnya apa masalah yang dihadapi Tae Yong.
Dong Min dan Tae Yong menaiki mobil bersama-sama. Dong Min ingin tahu sejak kapan Jae Yul mulai membicarakan tentang Kang Woo. Tae Yong ingat sekitar tiga tahun yang lalu, setelah Jae Bum keluar dari penjara dan menusuknya dengan garpu saat itu Jae Yul melihat Kang Woo. Pada hari itu banyak kekacauan karena sedang ada pertemuan dengan pengemar Jae Yul.
"setelah kejadian itu, Jae Yul selalu menanyakan seorang pelajar yang menangis didepannya" cerita Tae Yong. Dong Min menanyakan apakah Tae Yong melihat sosok Kang Woo. Saat itu Tae Yong tidak merasakan adanya Kang Woo, tapi karena dia sangat sibuk jadi dia melupakan begitu saja ucapan Tae Yul.
"Waktu awal-awal Jae Yul hanya berbicara beberapa kali saja, tapi beberapa bulan ini dia berbicara tentang Kang Woo lagi" cerita Tae Yong. Dong Min mengerti, ia menanyakan apakah jarak mereka masih jauh. Tae Yong pikir masih agak jauh.
Orang tua Soo Kwang datang, Ayahnya menginginkan mereka cepat pergi. Ibunya melihat mereka belum duduk selama 30 menit dan dia ingin lebih lama duduk bersama Soo Kwang. Soo Kwang tersenyum, dia memberitahu bahwa pacarnya akan datang sebentar lagi. "apa yang katakan tentang pacar?" teriak ayahnya. Saat itu Soo Nyu datang dan ingin membersihkan meja di dekat mereka.
"kau saja tidak sekolah bahkan hanya menjadi pegawai cafe saja."tegas sang ayah. Soo Kwang pikir dengan banyak belajar dan berkerja tidak mungkin semua orang bisa menjadi pembisnis yang sukses seperti ayahnya. Ayahnya mengejek Soo Kwang itu benar-benar bodoh, yang ia tahu penyakit Soo Kwang itu bisa hilang dalam satu tahun saja. Menurutnya kalau Soo Kwang akan kejang, ia harus menahannya sampai mati.
"aku juga tidak ingin seperti ini" Teriak Soo Kwang. Dia mengingat saat masih kecil, ayah dan anak-anak yang lain mengejeknya. Ayahnya selalu bilang kalau itulah cara anaknya bersin, menurutnya itu yang membuat dirinya sembuh lebih lama dibanding yang lainnya.
Ibunya hanya bisa menangis mendengarnya. "jadi kau menyalahkan aku dalam hal ini?" tanya sang ayah. Soo Kwang tidak menjawab, matanya berkaca-kaca dan mencoba mengatur nafasnya. Sang ibu meminta Soo Kwang mengerti dengan sang ayah karena ayahnya hanya sedih dan merasa bersalah.
Soo Kwang mengejar ayahnya yang akan keluar cafe, tak sengaja badannya sedikit menyenggol Soo Nyu yang sedang membereskan meja. Soo Nyu pun melihat ke arah Soo Kwang dan ayahnya yang berbicara di depan pintu Cafe.
"ini bukan salah mu, aku sekarang senang jadi kau sekarang harus bahagia" Jelas Soo Kwang. Ayahnya hanya menatap Soo Kwang lalu pergi, ibunya pun mengejar sang ayah dan hanya menatap Soo Kwang dengan mata merah menahan tangis.
Soo Kwang menekan matanya dengan tangan untuk menghapus air matanya. Setelah itu dia masuk ke dalam dengan melihat Soo Nyu yang melihat bagaimana keluarga dia yang sebenarnya. Soo Nyu terlihat kaget dan binggung melihat sikap keluarganya pada Soo Kwang. Dia sampai memalingkan wajahnya melihat Soo Kwang berjalan masuk ke dalam cafe.
Ternyata Dong Min dan Tae Yong pergi ke rumah tempat tinggal Jae Yul tinggal. Dong Min melihat kamera CCTV yang merekam kejadian saat Jae Yul berkelahi sendirian. Dia melihat pasti terekam jelas dari situ. Lalu Tae Yong memperlihatkan rumah Jae Yul yang sudah hangus terbakar. Dong Min melihat dari luar, lalu ia berjalan masuk tanpa di temani oleh Tae Yong.
Saat berjalan masuk seperti kejadian penusukan itu terjadi terulang kembali di depan Dong Min. Sang ayah tiri sedang memukuli Jae Bum. Lalu tak sengaja Jae Yul melihat ada pisau yang ada diatas meja, dia mengambil saat sang ayah berbalik badan langsung menyerang Jae Yul dan tak sengaja pisau itu menancap di perut sang ayah dan Jae Yul terlihat pingsan.
Jae Bum panik, dia membalikan badan sang ayah dan pisau masih tertancam di perut, dia mengeluarkanya dan saat itu sang ibu datang melihat Jae Bum yang memegang pisau. Dia melihat Jae Yul yang pingsan dan langsung memeluknya. "Jae Yul yang menusuknya, tapi kalau polisi menanyakan bilang saja aku yang berbuat." ucap Jae Bum terbata-bata.
Lalu Jae Bum memasukan pisau ke dalam plastik untuk membuang pisau itu karena ada sidik jari Jae Yul lalu ia akan membawa Jae Yul kerumah sakit dengan mengendongnya, dia mengatakan pada sang ibu mungkin ia hanya akan dipenjara selama 3-4 tahun saja jadi sang ibu tidak perlu khawatir. Dia pun buru-buru keluar dari rumah dengan mengendong Jae Yul.
Sang Ibu binggung melihat kejadian yang ada didepannya. Dia mengambil pisau yang ada sidik jari Jae Yul tapi ternyata suaminya masih hidup dan menarik kaki sang ibu lalu ibunya terjatuh disamping sebuah korek api. Jaksa menceritakan pada Dong Min, kalau sang ibu hanya mengingat kejadian sampai disitu saja, menurut para psikolog ibu Jae Yul terkena disosiasi.
Dong Min kembali berjalan keluar, dia melihat sebuah kaca yang tergantung dan retak di beberpa sisi karena kebakaran. Saat itu dia merasa melihat Jae Yul setengah sadar digendong oleh Jae Bum, dari kaca terlihat Sang ibu sedang memegang koran yang sudah ada apinya. Jae Bum terus berlari membawa Jae Yul, ibunya juga berlari keluar dari rumah dengan arah yang berbeda. Tapi saat mendengar ledakan ia langsung pingsan.
"menurut dugaan kemungkinan Jae Yul yang melihat sang ibu adalah pelaku, tapi saat dipengadilan aku mengatakan ayahnya meninggal karena sesak nafa, Jae Yul langsung menunjuk Jae Bum bukan sang ibu" cerita Jaksa Kang. Sementara Dong Min melihat dalam pikirannya, Jae Yul dan Jae Bum sempat berhenti melihat rumah mereka yang tiba-tiba terbakar dan meledak.
Hae Soo dan Jae Yul berjalan sambil menelp. Hae Soo menanyakan apa yang dibicarakan Jae Yul dengan ibunya. "aku katakan bahwa kau melamar mu" cerita Jae Yul. Hae Soo sedikit kesal karena menurutnya bahasan tentang itu sudah selesai. Jae Yul memang kemarin sudah selesai tapi dia akan memulainya lagi. Hae Soo sedikit tertawa, dia melihat Jae Yul itu akan puas sampai keinginnya berakhir dan bertindak sesuka hati.
Jae Yul tersenyum, dia membicarakan itu karena Hae Soo sudah mengetahuinya. "ayo menikah tapi tidak sekarang, satu tahu lagi, setelah kau kembali dari masa cuti mu dan segara." ucap Jae Yul. Hae Soo setuju, dia akan membicarakan nanti tentang masalah ini.
"kita ini adalah orang yang memiliki rencana ke depan dan berkerja untuk tujuan kita" jelas Jae Yul. Dia meminta Hae Soo untuk menempatkan dirinya pada rencana yang dibuat oleh Hae Soo, seperti dirinya sudah menempatkan Hae Soo dalam rencana hidupnya. Hae Soo ingin protes tapi Jae Yul tetap saja berbicara.
"aku hidup sesuka hatiku, tapi aku mencoba untuk menyesuaiakan diri dengan cara hidupmu" tegas Jae Yul. Hae Soo menengaskan dirinya itu sangat menyukai hubungan seperti ini. Jae Yul ingin tahu alasannya. "aku tidak suka dengan hubungan yang tidak memiliki ketegangan. Kalau mereka nanti menikah akan ada rasa bosan satu sama lain" ucap Hae Soo.
Jae Yul merasa itu tidak akan terjadi. Hae Soo binggung maksud perkataan Jae Yul. Lalu Jae Yul mengatakan dirinya itu sudah ditakdirkan ada perpisahan jadi kemungkinan dirinya bisa mengkhianati Hae Soo. Hae Soo berhenti berjalan "jika kau mulai bosan, aku akan mengkhianatimu dan kau meninggalkan ku lalu meninggalkan janji yang sudah mereka buat"ucap Jae Yul santai.
Hae Soo mengejek mereka akan masuk ke dalam klub pengkhianat. "maka dari itu kalau kita menikah dan tidak ingin seperti itu, kita harus fokus pada satu sama lain, saling perhatian, saling mencintai dan berkerja keras dari sekarang" pesan Jae Yul. Menurutnya keadaan pernikahan mereka itu tidak akan membosankan. Hae Soo berteriak menanyakan tentang keberhasilannya, tapi Jae Yul sudah menutup telpnya.
"dia hanya bergantung padaku tiap hari, segala sesuatuanya dilakukan olehnya dengan cara yang provokatif. Ini sangat kacau" umpat Hae Soo sambil berjalan pergi.
Dong Min dan Tae Yong keluar dari rumah Jae Yul masa kecil. TaeYong heran kenapa mereka harus pergi ke rumah yang pernah ditinggali Jae Yul. Dong Min tidak menjawab, dia hanya meminta Tae Yong menurukan di Seochodong karena ia akan bertemu Jae Yul hari ini juga. Tae Yong mengerti, ia menanyakan tentang Ibu dan Hae Soo yang belum mengetahui masalah Jae Yul.
"aku yang akan memberitahu mereka " ucap Dong Min. Lalu ponselnya berbunyi, dia mendapatkan telp dari Choi Ho. Tae Yong berusaha menjauh saat Dong Min menerima telp.
Choi Ho memberitahu pada pada Dong Min kalau ia mengatakan pada sang produser kalau mereka tidak bisa menaikan cerita tentang Jae Bum. Lalu dia berpesan pada Dong Min untuk memberitahu Jae Yul, dirinya yang akan mentraktir Jae Yul minum suatu hari nanti.
Setelah menutup telp dia menyapa Min Young yang berdiri tak jauh darinya. Dia mengajak Young Min untuk minum bersama. Young Min binggung melihat sikap Choi Ho, dia senang akhirnya Choi Ho menanggapi perasaaanya, dia pun buru-buru pergi mengikuti Choi Ho yang sudak berjalan lebih dulu.
Bersambung ke Part 2


























Đăng nhận xét