Sinopsis Night Watch Man Journal Episode 7 Part 1


Do Ha menumpahkan rasa kesalnya di depan pintu, dia tak menyangka Lee Rin yang sudah ditolongnya malah bersikap sombong dan juga mengusirnya dari kamarnya sendiri. Sang Hun melihat Do Ha yang terlihat kesal di depan pintu "apa yang terjadi?" tanya Sang Hun. "tidak ada apa-apa" Do Ha menutupi tidak terjadi apa-apa dengannya. 

Sang Hun melihat ada dua sepatu di depan kamar Do Ha. Do Ha sadar dengan dua sepatu berarti ada orang di dalam kamarnya, buru-buru dia menutupi sepatu yang ada di depan kamarnya. "ahhhh... lantainya kotor sekali" ucap Do Ha berpura-pura. Sang Hun tersenyum melihat Do Ha yang mencoba menutupi ada orang di dalam kamarnya akhirnya dia pergi begitu saja. Do Ha melihat pintu kamarnya dengan wajah kesal. 


Lee Rin hanya duduk terdiam di kamar Do Ha, dia mengingat saat seseorang yang sengaja berniat untuk membunuh dia. Tangannya pun tergores oleh pedang dari si pembunuh bayaran. Dia melirik kesal dengan kejadian dirinya yang menjadi tujuan seseorang untuk membunuh dirinya. 


Lee Rin keluar dari kamar, berdiri di depan tangga dan melihat kebawah. Dia melihat Do Ha tertidur diatas Meja. Lee Rin masuk ke kamar dan langsung menjatuhkan selimut dari atas ke tubuh Do Ha. Semua tubuh Do Ha tertutup oleh selimut, baru beberapa detik kemudian Do Ha tersadar seperti kehabisan nafas. Tapi setelah itu dia tertidur lagi dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya. 


Pengumuman di tempel di papan pengumuman. "Bagi siapa saja yang bisa menemukan Pangeran Wolgang akan mendapatkan imbalan besar" ucap pengawal kerajaan. Semua orang yang melewati perbatasan diperiksan secara ketat. Di kedai juga mendapat pemeriksaan dari pengawal kerajaan. 

Salah satu orang mendengar mendapatkan perintah  harus menemukan pangeran Wolgang sebelum raja yang menemukannya. Dia diperintahkan untuk menemukan dalam keadaan bagaimana pun juga, mereka semua menyusupu semak-semak dan tidak mengunakan pakaian pengawal kerjaan. 


Di kerajaan Raja Ki San sedang gelisah di balkon kerajaan. Dia menduga Mentri Park yang sudah menyembunyikan Pangeran Wolgang. "aku punya anak buah yang akan mematai-matai dan ia akan segera memberitahu kita" jelas salah satu mentri. 

Seorang mentri yang lainnya datang dengan terburu-buru "Yang Mulai... mentri Park sudah mengerakan prajurit. Tentara sudah bergerak ke bagian luar ibu kota" jelasnya. Raja Ki San kaget dengan berita yang dibawa oleh mentrinya. 


Seluruh mentri di kumpulkan di ruang pertemuan. "Mentri Park... kenapa kau mengerakan prajurit?" tanya Raja Ki San. Mentri Park menjelaskan ia mengadakan pelatihan rutin untuk para Prajurit. Dia juga menanyakan pedapat mentri pertahanan. Mentri pertahan membenarkan penjelasan dari Mentri Park. Raja Ki San mengebrak meja "Mentri park... apakah kau mengancam aku?" teriaknya. 

"Yang Mulia... kenapa kau berbicara seperti itu? Mana mungkin aku berani mengancam Raja." jelas Mentri Park. Raja Ki San menegasakan dirinya yang akan menemukan Pangeran Wolgang bagaiamanpun caranya. "aku akan menangkapanya, kemudian aku akan mencari tahu siapa yang menyuruhnya untuk mengutukku" jelas Raja Ki San mengebu-gebu.  

Mentri Park menatap sinis raja, dia juga meminta raja untuk menemukan orang yang sengaja ingin membunuh Pangeran Wolgang, dengan mengunakan pembunuh bayaran. Keduannya saling menatap dengan mata tajam.


Moo Suk dan temannya sedang berlatih memanah, Moo Suk tepat mengenai bulatan merah sementara temannya meleset. "aku sangat membenci dengan sesuatu yang tidak berjalan sesuatu keinginan ku seperti ini" umpat teman Moo Suk. Dia heran dengan Moo Suk yang mau membuang-buang waktu dengan melakukan semua ini. 

"rasa bangga setelah mendapatkannya, mempertahankan setelah mendapatkannya. Itu alasan mengapa kita melakukan ini " ucap Moo Suk yang bersiap-siap memanah kembali. Moo Suk kembali memanah tepat pada bundaran merah. Temannya melihat Moo Suk itu sedang banyak pikiran. "pamanmu hanya memecat mu bukan menyuruhmu pergi" kata temannya. 

Dia tak percaya pamannya bisa membuang Moo Suk seperti ini. "aku tak bisa menjalankan tugasku, jadi aku pantas dipecat" jelas Moo Suk. Saat memanah kembali, busur panahnya meleset. Dia berpikir kenapa kali ini busur panahnya meleset. 


Lee Rin akan pergi meninggalkan tempat ia tinggal selamat. Do Ha mengejarnya saat menuruni tangga. "kau mau kemana? kau kan belum sembuh" ucap Do Ha khawatir. Tapi saat keluar pemilik kedai sudah menyodorkan pisaunya didepan wajah Lee Rin dan menahan Do Ha. "apa yang terjadi? Sekarang kau membawa pria ke dalam kamarmu!" ucap pemilik kedai 

Do Ha dan Lee Rin ketakutan melihat pisau yang ada di depan mereka. Do Ha menjelaskan Pemilik kedai sudah salah paham, dia terus bertanya kemana Lee Rin akan pergi. "apakah aku harus memberitahu semuanya padamu" bisik Lee Rin. Pemilik kedai meras tidak ada salah paham, dia mengingatkan Do Ha saja tidak bisa membayar kamarny sendiri. Dia menuduh Do Ha orang yang pandai dalam hal bersembunyi. 


Teman Sang Hun masuk ke dalam kedai "kau sama seperti pisau dapur itu" tunjuknya. Lee Rin meihat ada prajurit yang aka masuk ke dalam kedai, Do Ha buru-buru menutupi Lee Rin dan mencari tempat persembunyian. Teman Sang Hun memberitahu ia yang membuat pisau dapur itu sampai tajam seperti yang ia minta. Pemilik Kedai menancapkan ujung pisau ke atas meja kayu, matanya melotot. 

"apa?? kau yang membuatnya?" kata pemilik kedai. Teman Sang Hun mencoba menjelaskan, tapi prajurit berteriak menanyakan siapa pemilik dari kedai itu. Seorang pria pemilik kedai sedang menuliskan semua barang yang ada didalam sebuah ruangan setelah itu dia keluar dan menguncinya. 


Saat ia sudah berada diluar, Do Ha dan Lee Rin sudah ada di depan pintu. "tuan.. bisakan kamu masuk ke dalam" pinta Do Ha. Pemilik kedai pun menolaknya. "tidak ada yang bisa masuk ke dalam selain dirinya" tegas pria itu. Dia menyuruhnya untuk pergi sekarang, lalu ia pergi keluar ruangan. 

Do Ha dan Lee Rin terlihat pasrah. Pria melihat prajurit kerjaan memasuki tempat penginapan. "Apa yang terjadi?" tanya pria itu panik. "apakah ada tamu yang mencurigakan di penginapan ini" tanya prajurit. Pemilik terlihat kaget karena mereka sedang mencari tamu yang mencurigakan di dalam penginapannya. 


Do Ha mengintip dari balik pintu, dia melihat pemilik sedang berbicara dengan prajurit kerajaan. Nafasnya terengah-engah, saat akan bersembunyi lagi wajahnya terlalu dekat dengan Lee Rin, mereka kedua pun saling bertatapan. Di luar, si pemilik kedai tertawa "menurutku semua tamu yang datang ke penginapannya itu sangat mencurigakan " jelasnya. 

Lee Rin dan Do Ha masih terdiam saling menatap, Pemilik menjelaskan semua orang pergi dan datang begitu saja tanpa ia tahu dari mana orang itu mendapatkan uangnya jadi dia juga mencurigai banyak orang. Menurutnya orang tidak terlihat mencurigakan sebenarnya bisa lebih mencurigakan. Dia menunjuk Sang Hun yang baru datang, dia menuduh pria itu yang mencurigakan. 

Saat prajurit akan membuka penutup kepalanya, Sang Hun menahannya, akhirnya dia sendiri yang membuka penutup kepalanya. Prajurit melihat wajah dari Sang Hun tidak sama dengan yang ada digambar. Lalu pria itu menunjuk teman Sang Hun dan juga wanita yang menutup wajahnya dengan selendang. Pria itu ingin melihat wajah yang dicari oleh prajurit. 

Wanita pemilik kedai meminta waktu untuk berbicara dengan Sang Hun. Teman Sang Hun melarangnya, "untuk apa kau berbicara dengannya, ini adalah pisau yang sama saja. apakah pisau buatan ku jelas?" tanya teman Sang Hun. Si pemilik kedai berteriak "kalian prajurit, apakah kalian tidak melihat kalau orang ini sedang mengancamku? tolong tangkap dia." 

Teman Sang Hun yang sedang memegang pisau melihat pisau buatannya "aku hanya menunjukan pisau yang sudah aku buat" jelasnya. Pemilik kedai terus menyuruh para prajurit untuk menangkapnya. Tapi karena tidak ada orang yang mereka cari, semuanya prajurit pergi meninggalkan kedai. Si wanita berteriak kesal "hei kalian kenapa pergi, tolong cepat tangkap dia"


Do Ha terus melihat dari lubang-lubang jendela, dia bernafas lega melihat semua prajurit sudah pergi. Dia memberitahu Lee Rin kalau semua prajurit sudah pergi. "bergeser sedikit" ucap Lee Rin. Do Ha binggung, tapi ia sadar ia duduk terlalu dekat dengan Lee Rin dan buru-buru bergeser supaya ada jarak. "maaf"ucapnya. Lee Rin sendiri terlihat sudah bisa bernafas dengan baik saat mengetahui prajurit sudah pergi.


Keduanya keluar dari tempat penginapan, Do Ha terus mengikuti Lee Rin yang masih terlihat kesakitan karena tangannya terkena pisau. "ibu kota sedang penuh denga prajurit yang mencari mu" jelas Do Ha sambil menahan tangan Lee Rin. Dia meminta Lee Rin untuk tetap tinggal diam dan jangan bertindak bodoh. 

Lee Rin melepaskan tangan Do Ha "aku tidak bisa tinggal diam untuk bertahan hidup. Tapi jika aku harus mati, aku akan mati setelah membuat keributan" ucap Lee Rin dengan mata berkaca-kaca. Do Ha terlihat sedih melihat Lee Rin yang berjalan didepannya lalu dia mengikuti Lee Rin dari belakang. 


Ibu Suri menanyakan tentang keberadaan Lee Rin pada Mentri Park di dalam perpustakaan. "aku sudah melakukan yang terbaik untuk menemukan Pangeran Wolgang" Jelas Mentri Park pada ibu Suri. Lalu keduanya keluar dari perpustakaan melihat Sa Dam yang sedang berdiri di dekat pohon dan melihat keduanya yang sedang baru keluar dari perpustakaan. 


Ibu Suri dan Mentri Park menghampiri Sa Dam. Mentri Park langsung saja menanyakan tujuan Sa Dam mendekati area perpusatakaan kerajaan. "aku sedang mengukur energi yang ada di dalam istana. Aku melihat banyak energi yang tidak baik di dekat sini jadi aku akan membuat sebuat ritual " jelas Sa Dam. 

"berhenti kau berbicara omong kosong seperti itu" teriak mentri Park. Ibu Suri mendekati Sa Dam, ia tahu pria itu adalah pemimpin bangsa Tao yang selalu dekat dengan raja. Sa Dam memperkenalkan dirinya dari Sogyukeseo. Ibu Suri langsung menampar Sa Dam. "jika kau mencoba memisahkan Raja dan Pangeran Wolgang lagi, aku akan membunuh dan merobek-robek tubuhmu. Ingat itu!!! "ancam ibu Suri. 


Keduanya pergi meninggalkan Sa Dam yang masih terkejut dengan semua yang ia terima dari ibu Suri. Dia menatap Ibu Suri dan Mentri Park dari kejauhan, dengan semua amarahnya matanya menjadi merah. Dia terus menatap dua orang yang membuat dirinya marah sampai-sampai wajahnya terlihat retak dan matanya semakin merah. Tapi tidak ada yang terjadi dengan dua orang yang ada didepannya. 


Sa Dam masuk ke kamarnya dengan wajah marah,  dia melempar lilin yang ada disampingnya. Dia depan tungku dia menumpahkan rasa kesalnya. "kenapa kekuatan ku tidak sempurna" umpatnya. 

"mengapa aku tidak bisa mengendalikan semua orang?  Mengapa aku tidak bisa mengendalikan manusia yang kecil padahal mereka tidak bisa hidup selama 100 tahun?" teriak Sa Dam. Dia tak menyangka Ibu Suri berani menyentuhnya bahkan menamparnya seperti tadi. Dia berjanji pada dirinya tidak akan memaafkan semua yang sudah terjadi pada dirinya.  

Tiba-tiba berhembus angin di dalam kamar Sa Dam. Anak buahnya menatap Sa Dam yang sedang marah, dia seperti memiliki rencana untuk membalas dendam pemimpinnya. 


Lee Rin berdiri disebuah bukit menatap deretan bangunan kerajaan di depanya. Do Ha berteriak "aku sudah siap". Lee Rin menerbangkan sebuah layang-layang dengan ada obor dibawahnya. Dia mengatur layang-layang dengan benang yang ada ditangannya. Do Ha menatap layang-layang yang jatuh terbang ke angkasa. 


Ibu Suri yang sedang menulis agak terganggu dengan suara berisik diluar kamar, dia bertanya "apakah ada sesuatu diluar?" tanya ibu Suri. Seorang pelayan datang memberitahu tidak terjadi sesuatu dilua jadi Ibu suri tidak perlu mengkhawatirkannya. Ibu Suri meminta pelayan mengatakan suara bising apa yang ada diluar.  

Dengan terbata-bata pelayan menjelaskan "ada cahaya hantu diluar sana." Ibu Suri tak percaya dengan semua omong kosong yang diberitahu pelayannya. Pelayan mengerti, dia akan memberitahu orang itu, saat akan keluar dari kamar, ibu Suri menahannya. 

"darimana dia mengatakan cahaya hantu?" tanya ibu Suri penasaran. Pelayan memberitahu dari dekay Gunung Inwang. Ibu Suri menarik nafasnya dalam-dalam "hantu gunung Inwang" ucapnya. Pelayan menanyakan apakah ada yang salah dengan mereka. 


Ibu Suri menulis diatas kertas, dia ingat karakter Lee Rin itu berarti "cahaya hantu". Dia yakin Gunung Inwang adalah tempat tinggal dari Pangeran Wolgang. "lampu hantu mengedip sebanyak enam kali, dan angka enam berarti utara. Apakah itu berarti dia sedang ada digerbang utara" gumamnya. 

Tapi dia tidak yakin Lee Rin berada ditempat banyak orang. Dia mengerti enam itu berarti air jadi Lee Rin sedang berada di dekat mata air Gunung Inwang. Dia menyimpulkan Lee Rin ada di lembah Suseongdong. Lalu dia memerintahkan semua pelayan kalau ia akan pergi. 


Raja Ki San sedang ditemani oleh dua wanita dan Sa Dam di dalam kamarnya. Dia memberitahu Sa Dam, perpusatakaan yang sekarang dulunya adalah ruang departement keuangan. Mentri Park yang menghancurkan bangunan dan membuatnya sebuah perpusatakaan. "kenapa kau bertanya hal itu?" tanya raja

"yang kudengar, departement keuangan menyimpan harta benda yang berharga. Aku ingin tahu apakah itu benar raja?" tanya Sa Dam. Raja Ki Sa merasa itu hanya rumor karena tidak ada yang berharga di dalam ruangan itu. Sa Dam merasa meragukan hal itu, dia ingin Raja Ki San bisa masuk ke dalamnya. Dia tahu ruangan itu bisa dimasuki oleh semua orang. 

Raja Ki San agak marah, dia tidak senang dirinya dianggap orang yang sembarangan. Dia yakin semua yang ada di dalam ruangan itu adalah miliknya. Tiba-tiba Sa Dam mengucapkah tuduhan "ibu Suri.... dia pasti menyembunyikan sesuatu yang berharga" Lalu dia menyakinkan semua harta kerjaan semua akan diberikan pada Pangeran Wolgang. 


Baru saja akan keluar mencari Lee Rin, dia kaget melihat Raja Ki San yang sudah menunggu di depan kamarnya. "Raja yang membuat mu datang pada larut malam begini?" tanya Ibu Suri. Raja Ki San bertanya balik, "apa sebenarnya yang dilakukan neneknya dilarut malam begini. Apakah kau akan bertemu dengan pangeran Wolgang?" 

Ibu Suri tahu Rajanya itu sedang mabuk. Raja tertawa, ia membenarkan dirinya sedang mabuk dan memuji neneknya yang mengenal dirinya luar dalam. Dia merasa perlu minum untuk bertahan karena dia merasa sesak untuk hidup di dalam istana. "Raja.... kau harus menjaga kelas mu" tegas ibu suri 


"dimana kau menyembunyikannya?" tanya raja Ki San dengan nada tinggi. Ibu Suri tak mengerti apa yang disembunyikan. Dia tahu neneknya akan memberikan semua harta kerjaan pada Pangeran Wolgang. Dia teringat dengan pernyataan Sa Dam kalau neneknya yang menyembunyikan harta benda kerajaan. Dia mendekati neneknya dan memegang lengannya dengan kasar. 

"mengapa kau melakukannya? kesalahan apa yang sudah aku perbuatan? kenapa kau memilih Wolgang dibandingkan aku?" teriak Raja Ki San. Dia teringat Sa Dam yang memberitahu neneknya akan bertemu dengan Pangeran Wolgang. 


Neneknya berteriak meminta raja untuk melepaskan dirinya sekarang juga. "ini semua karena mu, semua adalah kesalahanmu." teriak raja Ki San lalu mendorong ibu Suri sampai terjatuh. Para pelayan berteriak membantu ibu Suri untuk bangun, mereka semua mengkhawatirkan keadaan ibu Suri. Raja mengambi pedang dari prajurit dan menyodorkan pada neneknya. 

"bangunlah sendiri" umpat raja Ki San. Tiga orang pelayan membantu membangunkan ibu Suri. Raja langsung menyabetkan pedangnya pada salah satu pelayan dan pelayan itu langsung jatuh tersungkur, "kenapa kau tidak mendengarkan aku? Beraninya kau !!!" teriak Raja Ki San.Neneknya mencoba menyadarkan Raja Ki San. 

Saat mata mereka saling bertemu, Raja Ki San terlihat sadarkan diri ditangannya ada pedang dan didepannya ada seorang pelayan yang jatuh terkena pedangnya. Dia buru-buru lari keluar dari kamar neneknya. Ibu Suri bangun dibantu oleh para pelayan. Dia meminta semua pelayan mendengarkan baik-baik perkataannya "jangan membahas kejadia ini lagi"


Sa Dam sedang meniup tungku kecil yang mengeluarkan asap, dia seperti sedang mengendalikan Raja Ki San dari tungku yang ia miliki. Raja Ki San dengan wajah ketakutan dan kaget. "awasi ibu Suri, aku yakin Ibu Suri sedang melindungi Pangeran Wolgang" ucap Raja Ki San dengan nafas terengah-engah. Sa Dam meminta Raja untuk tetap tenang. 

Raja Ki San semakin kesal, dia memegang kerah baju Sa Dam. "apa yang salah dengan mu? kenapa kau belum juga menyembuhkan penyakitku?" Dia meminta Sa Dam bisa menyembuhkan penyakitnya sekarang juga. Dia mengancam akan membunuhnya, lalu mata mereka bertemu. Raja Ki San terlihat lemah, Sa Dam mengatakan "kalau aku tidak bisa menyembuhkan penyakitnya, maka sebaiknya aku tidak usah hidup" 

Sa Dam menegaskan dirinya akan selalu ada bersama Raja Ki San. "aku.... tidak bisa memiliki siapaun yang bisa dipercayai" ucap Raja Ki San dengan mata berkaca-kaca. Lalu ia menangis di pudak Sa Dam, Sa Dam menempuk belakang kepala raja untuk menenangkan. Lalu ia tersenyum puas kalau sekarang raja sudah menjadikan dirinya orang yang terpercaya. 


Ibu Suri masuk lagi ke dalam kamarnya, dia merasa tak habis pikir dengan tindakan raja. Dia merasa tak nyaman dengan keadaan dirinya tidak bisa datang menemui Lee Rin di tempat yang sudah ia ketahui. Do Ha sendiri terkantuk-kantuk sambil duduk dibatu. 

Lalu ia menguap melihat langit yang sudah terlihat mulai terang "ini sudah pagi" ucap Do Ha. Dia melihat ke arah Lee Rin yang masih terjaga "apakah kau tidak tidur?" tanya Do Ha. Lee Rin tidak menjawab, dia hanya melihat kearah  Do Ha dengan mata berkaca-kaca lalu berjalan dengan tubuh lunglai. Do Ha mengikuti Lee Rin dari belakang. 


Sampai di pemukiman, Do Ha membahas mungkin saja ada alasan orang kerajaan yang tidak datang menemui Lee Rin dan meminta Lee Rin tidak terlalu kecewa. "siapa bilang aku kecewa" ucap Lee Rin berbohong. Dia meminta Do Ha jangan menyimpulkan sendiri. 


Lee Rin berjalan lebih dulu, Do Ha melihat anak buah sadam yang berdiri tak jauh darinya. Dia tahu melihat Sa Dam mengirimkan seseorang untuknya. "pemimpin dari Sogyukseo?" tanya Lee Rin. Do Ha membenarkan, dia menceritakan akan mencari tahu tentang kakaknya hari ini. Saat Do Ha akan mendatangi pria itu, Lee Rin menahannya dan menariknya untuk pergi. 

"lepaskan aku... ku bilang lepaskan aku" teriak  Do Ha. Lee Rin melepas tangannya yang menarik Do Ha. "apakah kau tidak punya hati nurani?" ujar Do Ha kesal. Ia kesal pada Lee Rin yang sudah mengacaukan semua rencananya, Dia rasa Lee Rin tidak tahu perasaannya saat berjalan ke ibukota dari gunung Baekdu. 

Dia melihat Lee Rin tidak tahu kehidupan yang ia alami saat ia harus bertahan di ibukota. Dia rasa Lee Rin melihat dirinya tidak punya otak karena selalu tersenyum.  "aku benci dengan tempat ini dan ingin segera bertemu dengan kakakku lalu kembali ke tempat asalnya" ucap Do Ha. 

Lee Rin menegaskan dirinya itu bukan orang gila. "apakah kau berpikir, kenapa aku bisa ikut campur dengan semua yang kau lakukan?" ucap Lee Rin. Do Ha menanyakan alasannya. "karena aku tidak ingin kau menghadapi bahaya. Kau akan dalam bahaya kalau berhubungan dengan orang semacam itu "tegas Lee Rin. Itulah alasan dirinya walaupun Do Ha menanggap dirinya seperti orang gila. 


Lee Rin memberikan gelang milik Do Ha ketangannya. "berjuanglah untuk dirimu sendiri dan dia juga akan berjuang untuk dirinya sendiri" pesan Lee Rin. Do Ha menatap sedih gelang kakaknya yang ada ditangannya. Anak buah Sa Dam melihat Do Ha yang tak jauh dari dia berdiri. Dia menghampiri dan berdiri didepan Do Ha. Do Ha melihat wajah anak buah Sa Dam dengan tatapan kaget dan penuh harap. 

Bersambung ke Part 2 

Share this post :

Đăng nhận xét

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. Free Download Movies - All Rights Reserved
Share by BIT Templates Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger